JAKARTA — Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Mohammad Nasir menilai, jumlah penulis atau peneliti di Indonesia masih sangat minim. Tercatat, hingga saat ini, hanya terdapat sekitar 16 ribu makalah yang terpublikasikan di jurnal yang terindeks global. Padahal, Indonesia berpotensi menghasilkan lebih dari 150 ribu makalah.
“Kita harus tunjukkan pada dunia bahwa peneliti dan dosen Indonesia adalah para penemu dan ilmuwan hebat dan karya tulis yang dibuat juga bisa menjadi problem solving masyarakat,” tegas Nasir di Jakarta, Selasa (16/1).
Oleh karena itu, Nasir mengingatkan pentingnya menggelorakan kembali Gerakan Indonesia Menulis oleh masyarakat. Terutama bagi para akademisi, seperti dosen dan peneliti di lingkungan perguruan tinggi.
Nasir mengungkapkan, seorang akademisi dituntut produktif memperkenalkan hasil-hasil penelitian yang dituangkan melalui tulisan yang dipublikasi. “Budayakan kembali menulis, sehingga bermanfaat bagi orang lain,dengan menulis maka peneliti dan dosen dapat mengharumkan nama Indonesia di kancah pergaulan ilmiah dunia,” jelas Nasir.
Untuk mendukung gerakan menulis, Nasir melanjutkan, para peneliti dan dosen harus tirut serta meningkatkan komunikasi dan interaksi peneliti dan dosen. Sementara itu, saat ini pun Kemenristekdikti telah menyempurnakan beberapa fitur yang ada pada Science and Technology Index (SINTA).
Di antaranya, lanjut Nasir, dengan menambahkan komponen buku dan kekayaan intelektual ke dalam tampilan SINTA 2018 yang akan semakin memperkaya data dan informasi SINTA akan unjuk kerja para dosen dan peneliti. (IFR/Republika.co.id)