Dikutip dari jogja.suara.com, Menristek dan Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro menyatakan, masalah kebencanaan jadi prioritas pengembangan riset di Indonesia. Hal ini dilakukan karena Indonesia rawan terjadi berbagai bencana seperti banjir, gempa bumi, tsunami, longsor, kebakaran dan lainnya.
“Sekarang kita memang menjadikan kebencanaan prioritas riset,” ujar Bambang disela Konsorsium Lembaga Penelitian Publikasi dan Pengabdian Masyarakat Perguruan Tinggi Muhammadiyah-Aisyiyah di Hotel Harper Yogyakarta, Selasa (07/01/2020).
Dicontohkan Bambang, riset tentang modifikasi cuaca baru saja dimanfaatkan untuk mencegah banjir dan kebakaran hutan. Selain itu pengembangan teknologi early warning system dipasang di laut sebagai sensor untuk memberikan informasi realtime bila terjadi tsunami.
“Alat ini bahkan sudah dipasang di enam belas titik yang rawan tsunami dari Sumatera hingga Sulawesi. Alat ini dibuat peneliti asal Indonesia sendiri,” tandasnya.
Menurut Bambang, riset kebencanaan yang dikembangkan peneliti di Indonesia bukan berarti untuk membuat bencana tidak terjadi. Namun lebih pada mitigasi dari dampak yang ditimbulkan bencana.
Contohnya banjir bisa diantisipasi dengan memindah awan. Bila kondisi awan yang besar datang ke suatu di wilayah yang berpenduduk banyak, maka awan bisa dialihkan agar hujan turun di laut terlebih dulu,
“Contoh lainnya alat earlu warning system. Dengan alat ini kita bisa dalam waktu dua menit mengetahui tsunami dan mengevakuasi warga secepat mungkin,” jelasnya.
Bambang berharap riset-riset kebencanaan yang aplikatif bisa terus dikembangkan. Sebab hingga saat ini baru sekitar 10 persen riset bisa jadi hasil inovasi yang diminati pasar.
“Sekarang riset yang baru benar benar di pasar di bawah 10 persen. Sehingga perlu diperbaiki matching antara riset dan kebutuhan pasar,” imbuhnya.