News

Menristek Baru Punya Tugas Integrasikan Riset

Dikutip dari beritasatu.com, pengembangan riset dan teknologi ke depan diharapkan tidak sebatas publikasi ilmiah, tetapi harus mengarah ke hilir dan komersialisasi. Kehadiran Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) harus mendorong riset inovasi semakin terintegrasi.

Demikian harapan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2014-2019 Mohamad Nasir saat lepas sambut dan serah terima jabatan kepada Menteri Riset Teknologi/Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro di Auditorium Kemristekdikti, Jakarta, Rabu (23/10/2019).

“BRIN harus mengintegrasikan riset. Ini yang saya cita-citakan sesuai dengan amanat UU No 11 Tahun 2019 Tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Sisnas Iptek),” kata Mohamad Nasir.

UU Sisnas Iptek lahir dalam periode Nasir menjabat sebagai menristekdikti. Dengan koordinasi yang tertuang di UU tersebut lanjutnya, anggaran riset Rp 24,9 triliun yang tersebar di berbagai lembaga bisa dioptimalkan. Nasir mengungkapkan, dari anggaran itu, sebelumnya hanya Rp 10 triliun yang risetnya berwujud. “Jadi kalau satu (terkoordinasi) lebih baik. Harus ada lompatan, kami sudah siapkan jembatannya berupa tingkat kesiapan teknologi 1-9, jadi tinggal take off,” imbuh Nasir.

Di sisi lain, dalam lima tahun terakhir publikasi ilmiah internasional Indonesia terus naik. Jumlah publikasi internasional Indonesia di tahun 2018 mencapai 34.415, mengalahkan Malaysia 33.419 dan Singapura 22.741 publikasi.

Sedangkan paten, dari 1.058 sertifikat pada 2015 menjadi 1.109 pada 2016. Pada 2017 Indonesia sudah mencapai peringkat pertama jumlah paten di ASEAN dengan jumlah 2.271. Pada 2018 Indonesia masih menjadi negara dengan paten tertinggi di ASEAN sebanyak 2.841.

Di awal Kabinet Kerja, Kementerian Riset Teknologi melebur dengan Pendidikan Tinggi menjadi Kemristekdikti. Sesudah lima tahun berjalan, saat ini pendidikan tinggi kembali ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sedangkan Kemristek ditambah dengan hadirnya Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN).

Menristek/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro menyebut dalam tiga bulan ke depan akan menggodok berbagai hal terkait BRIN. “Kita harus berubah, harus punya rencana riset terintegrasi dari hulu sampai hilir,” ucap Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro.

Artinya, riset tersebut bisa saja dari riset dasar hingga menghasilkan produk yang bermanfaat untuk masyarakat. Hal itu yang diamanahkan UU Sisnas Iptek.

Bambang berpandangan, masa depan Indonsia hanya bisa tercapai kalau bangsa ini punya daya saing. Untuk berdaya saing butuh didukung inovasi yang kuat.

Join The Discussion