News

Mendagri Tjahjo Ucapkan Selamat Natal di Hadapan Jemaat Gereja Katedral

Jakarta – Mendagri Tjahjo Kumolo menyempatkan diri hadir di Gereja Katedral siang ini. Dalam kesempatan itu dirinya mengucapkan selamat merayakan hari lahir Yesus Kristus untuk umat Kristiani.

“Kemendagri mengucapkan selamat Natal kepada seluruh umat Kristiani. Natal berjalan dengan lancar dan baik. Ada toleransi,” ujar Tjahjo di Gereja Katedral, Jl Katedral, Jakarta Pusat, Kamis (25/12/2014).

Politisi PDIP ini mengingatkan agar toleransi antar umat beragam haruslah terus ditingkatkan. Sebab, sudah seharusnya Natal membawa semnagat perdamaian revolusi mental.

“Besok saya akan ke Papua. Natal ini membawa semangat membangun revolyusi mental bagi bangsa Indonesia. Saya kira ini kerja keras kita semua bahwa ke depan kita harus berdampingan dan saling gotong royong,” lanjutnya.

Konferensi pers yang diadakan di Gereja Katedral itu juga dihadiri oleh Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo. Dalam jumpa pers dengan media, Suharyo sempat menanggapi mengenai langkah Paus Francis soal reformasi gereja.

“Kekuasaan itu korup, semakin tinggi kekuasaannya potensi korupnya juga tinggi. Itu tak bisa disangkal dan itu berlaku juga untuk gereja. Paus ingin menjadikan gereja Katolik yang manusiawi dan kredibel. Paus merombak tak hanya orang, juga sistem agar tak ada kepemimpinan tunggal. Kalau kepemimpinan tunggal tak ada kritik,” terang Suharyo.

“Makanya beliau mengangkat seorang kardinal untuk pengawasan keuangan di Vatikan, sekarang strukturnya diperbaiki sesuai dengan ilmu ekonomi modern. Saya rasa itu terobosan yang baik, dia seorang pembaharu dalam bidang keagamaan,” imbuhnya.

Suharyo juga mengecam keras aksi-aksi kekerasan yang kerap dilakukan oleh kelompok militan ISIS. Terlebih lagi, mereka juga kerap membawa-bawa agama Islam dalam setiap aksinya.

“Saya baru saja mengikuti pertemuan internasional yang melibatkan Islam Sunni, Syiah, Yahudi, Katolik dan Anglikan. Tidak ada seorang pun di antara peserta itu yang menerima (perbuatan) itu,” ujar Suharyo.

“Kalau iman atau agama tidak mendatangkan damai, pasti ada yang salah di situ. Jangan menghubungkan ISIS dan Boko Haram ini dengan Islam. Jangan dihubungkan dengan itu,” sambungnya.

Sebagai umat beragama yang hidup berdampingan, Sunaryo mengatakan gerakan-gerakan semacam itu bertentangan dengan paham serta ajaran Islam. “Jadi saya dari orang gereja Katolik tidak akan pernah mengidentifikasi gerakan-gerakan itu dengan Islam. Nggak, itu bukan Islam yang saya kenal lewat sahabat-sahabat saya,” tutup Suharyo.

Sumber : www.detiknews.com