JAKARTA – Presiden RI Joko Widodo dikatakan hanya berniat untuk memanggil orang-orang pandai yang saat ini berada di luar negeri untuk kembali ke Indonesia. Mereka diberikan mandat untuk ikut serta memajukan bangsa. Namun mereka diminta memiliki komitmen atas nasionalismenya.
“Saya ambil contoh, Presiden BJ Habibie, ia disekolahkan Presiden RI Soekarno ke Jerman, didukung Presiden kedua Soeharto sampai jadi wapres dan akhirnya presiden. Beliau kalau orientasinya jabatan dan kekayaan, Jerman sudah minta dia menjadi warga negaranya. Namun selama bertahun-tahun di sana, ia tetap kukuh. Ia hanya tugas belajar, dibiayai negara, beliau tetap WNI,” kata Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo usai Upacara Peringatan HUT RI ke-71, di Gedung Kemendagri, Jl. Medan Merdeka Utara, Jakarta, Rabu (17/8).
Begitu juga Menteri Keuangan Sri Mulyani yang baru saja masuk dalam jajaran kabinet kerja. Jika dia memunyai orientasi mengejar kekayaan, pendapatannya di Amerika sudah sangat besar. Namun ia kembali ke Indonesia untuk menjadi menteri untuk memajukan negaranya.
“Buat apa punya orang pintar, tapi mereka semua berada di luar negeri,” tambah Tjahjo berdasarkan ungkapan Presiden Joko Widodo.
Namun, ia meminta para pihak yang diminta kembali ke Indonesia untuk jujur dan ambil sikap. Apakah ingin tetap menjadi warga negara Indonesia atau asing. Sebab, negara ini, kata dia tak menganut dwi kewarganegaraan. Ada Undang – Undang yang mengaturnya.
“Ini harus cermat jangan sampai menimbulkan fitnah. Kasus Arcandra Tahar, misalnya, ada persepsi yang harus diluruskan. Niat Presiden Jokowi cuma satu, ayo orang-orang pandai di luar negeri, pulang semua, mari kita bangun Indonesia,” ujarnya. (puspenkemendagri)