News

Melihat Reaktor Sampah Hasil Penelitian 18 Tahun Dosen ULM

Sampah plastik selama ini dianggap sebagai masalah. Karena, keberadaannya berdampak buruk bagi lingkungan hidup. Namun siapa sangka dari tangan-tangan kreatif mahasiswa Fakultas MIPA ULM, limbah sulit dibaur itu bisa diolah menjadi bahan bakar.

Sutrisno, Banjarbaru

Para mahasiswa Fakultas MIPA ULM Jurusan Kimia, Rabu (14/3) tadi mempraktikkan temuan tersebut. Didampingi dosen pembimbing mereka Tanto Budi Susilo, berbagai macam sampah plastik terlihat dimasukkan ke dalam tabung reaktor setinggi dua meter dan berdiameter sekitar satu meter.

Setelah itu, sampah yang sudah dimasukkan ke dalam tabung dicampur dengan oli bekas. “Tabung ini yang dapat mengubah sampah plastik menjadi bahan bakar,” kata Qamariah, salah seorang mahasiswi Fakultas MIPA ULM Jurusan Kimia.

Dia mengungkapkan, pembuatan tabung reaktor merupakan ide dari Dosen Pembimbing mereka Tanto Budi Susilo. Ide itu muncul berawal dari rasa keprihatinan mereka melihat sampah yang bertebaran di kawasan Banjarbaru, tanpa ada yang memanfaatkannya. “Apalagi di Kampung Pelangi yang saat ini menjadi destinasi wisata. Sangat sayang jika banyak sampah di sana. Jadi, lebih baik sampahnya kita manfaatkan,” ungkapnya.

Sementara itu, Dosen Fakultas MIPA ULM Jurusan Kimia Tanto Budi Susilo menuturkan, untuk membuat tabung reaktor, mereka telah melakukan penelitian selama 18 tahun. Setelah itu, baru diaplikasikan dalam beberapa bulan terakhir. “Saat ini tabung yang kami miliki baru berkapasitas 20 kilogram. Kami masih mengembangkan mesin yang berukuran 1 ton,” ujarnya.

Cara kerja tabung berbahan baja tebal itu, ialah memanaskan sampah yang sudah bercampur dengan oli bekas. Setelah itu leburan sampah disalurkan ke tabung penghantar untuk membaginya menjadi dua bahan bakar yaitu bensin dan solar. “Bensin dan solar akan mengalir di selangnya masing-masing, sementara yang tidak mengalir atau sisanya adalah aspal,” jelas Tanto Budi Susilo.

Proses pemanasan hingga mengubah sampah menjadi energi membutuhkan waktu hingga dua jam lebih. Bahan bakar yang keluar sendiri masih belum murni, lantaran bercampur dengan air. “Untuk memisahkan airnya, harus melalui proses pengendapan,” tambahnya.

Ditanya dalam 20 kilogram sampah dapat menghasilkan berapa liter bahan bakar, dia tidak bisa memastikan. Sebab, tergantung dengan jenis sampah yang diolah. “Tapi yang jelas dalam pengolahan, tiga perempatnya menjadi bahan bakar. Lalu sisanya berupa aspal,” ujarnya.

Lalu apakah hasil bahan bakarnya sudah diuji? Dia mengungkapkan, bahan bakar yang dihasilkan sudah mereka coba untuk sepeda motor dan mesin genset. Dan hasilnya, bekerja dengan baik. “Hanya saja yang jenis solar jika dimasukkan ke mesin genset asapnya ngebul seperti asap sate, tapi kalau jenis bensinnya aman,” ungkapnya.

Dia berharap, inovasi baru itu nantinya dapat manfaatkan untuk kepentingan masyarakat dan menjadi salah satu alternatif bahan bakar murah. “Mesin ini akan terus kami kembangkan, rencananya ada yang portabel supaya bisa dibawa ke mana-mana,” pungkasnya. (IFR/Prokal.co)

Join The Discussion