News

lmuwan Indonesia Lemah Bahasa Asing

Mayoritas ilmuwan Indonesia masih lemah dalam penerapan metodologi penelitian dan kemampuan berbahasa asing. Hal tersebut membuat para peneliti menjadi kurang maksimal dalam menghasilkan jurnal ilmiah bereputasi dunia dan riset inovasi teknologi.

Total perguruan tinggi yang mencapai tak kurang dari 4.500 kampus juga terbukti belum mampu melahirkan sumber daya manusia yang andal dalam memanfaatkan kekayaan sumber daya alam nasional.

Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Ali Ghufron Mukti menuturkan, produktivitas dan kreativitas para dosen dan peneliti masih belum memuaskan meski pun produksi jurnal ilmiah mulai menunjukan peningkatan. Menurut dia, mimpi pemerintah untuk membangun bangsa dengan ekonomi berbasis pengetahuan dan teknologi berkaitan erat dengan kualitas perguruan tinggi.

“Disparitas tersebut perlu ditangani dengan membangun komunikasi serta wacana terkait riset dan inovasi. Caranya, dengan menerapkan sains komunikasi, antara scientist dan scientist maupun scientist dan non-scientist. Peran dari ilmuwan maupun media massa untuk membumikan hasil riset kepada masyarakat luas sangat strategis,” ucap Ghufron di Kantor Kemenristekdikti, Senayan, Jakarta, Selasa, 15 Agustus 2017.

Ia menjelaskan, publikasi ilmiah menjadi salah satu cara untuk menyebarkan hasil riset. Saat ini, publikasi ilmiah internasional Indonesia yang terindeks Scopus sudah menyalip Thailand dengan 9.501 publikasi per 3 Agustus 2017. 
Namun, dalam hal inovasi, Indonesia masih kalah dari Thailand. “Berdasarkan Global Innovation Index 2017, Indonesia berada di peringkat ke-87, sedangkan Thailand diperingkat ke-51, dan Singapura meraih peringkat ketujuh,” ujar Ghufron.

Ia menegaskan, peran perguruan tinggi sebagai agen yang membangun kultur meneliti, serta mendidik masyarakat berpikir logis dan rasional belum tercapai.

“Indonesia ini sumber daya manusianya tersedia. Untuk itu, harus ada revolusi mental, di mana membangun publik berpikir logis berdasarkan pada sains dan teknologi. Jika potensi sumber daya manusia ini diasah, maka Indonesia akan menjadi negara yang kaya. Pendapatan yang awalnya di kelas menengah atau middle economy income, bisa menjadi pendapatan tinggi atau high economy income,” katanya. (IFR/Pikiranrakyat.com)

Join The Discussion