News

Liputan Gerhana Matahari Total 2016

Oleh: Indah Fajar Rosalina

Sembilan Maret 2016 menjadi sejarah baru bagi Indonesia sebagai salah satu bagian kecil dari sistem tata surya Bimasakti. Pagi itu, meskipun tidak semua provinsi menyaksikan penuh posisi matahari yang tertutup bulan, euphoria sudah terasa bahkan sejak satu bulan sebelumnya. Hampir semua media, baik cetak, online, maupun elektronik menggembar-gemborkan peristiwa yang terakhir terjadi pada 1983 itu.

Selamat malam, pagi..

Gerhana Matahari tahun ini juga membuat seluruh halaman muka surat kabar menjadi hitam dengan penampakan foto cahaya matahari yang tertutup. Berbagai sudut pandang mereka tuangkan demi mencetak sejarah baru. Dari berbagai daerah mereka melaporkan detik-detik malam pada pagi hari.

Di Halmahera Timur, Maluku Utara, misalnya. Berduyun-duyun warga telah siap berkumpul menyaksikan keajaiban alam. Namun sayang, awan tebal menutupi langit Negeri Timur tersebut. Beranjak siang, awan gelap justru berarak naik dan menutupi Matahari. Bahkan tempat tersebut sempat turun hujan 1 jam menjelang puncak gerhana. Sempat kecewa, itulah yang dirasakan masyarakat. Namun, kekecewaan masyarakat sempat terbayar, hujan selama 10 menit itu justru mampu mengusir awan-awan yang menutupi. Matahari pun mulai menampakan diri meski masih diselimuti awan tipis. Meski demikian, hingga fase total gerhana berlangsung, langit tidak benar-benar bersih.

Di Negeri Laskar Pelangi, Bangka Belitung juga, bersama dengan Menteri Pariwisata, Arief Yahya dan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan. Langit tertutup awan tebal saat awal-awal terjadi gerhana. Tetapi setelah matahari tertutup separuh, awan mulai menipis bahkan beberapa kali bebas awan. Sayangnya, saat terjadi fase gerhana matahari total, warga tidak bisa menikmati seratus persen. Sebab setelah 5-10 detik puncak gerhana, awan datang dan menutupi bagian tengah sampai bawah matahari. Namun, warga masih bisa melihat pancaran korona secara samar-samar.

Pemandangan beruntung terlihat di Pantai Perigi Moutong, Sulawesi Tengah. Fajar belum menyingsing, tapi pantai sudah disesaki oleh warga. Dengan mengendarai mobil dan sepeda motor, warga berbondong-bondongĀ  mendatangi pantai. Pagi itu, tidak ada awan tebal menutupi langit. Matahari jelas terlihat bersinar terang. Tepat pukul 08.39 WITA, matahari dan bulan benar-benar bersatu. GMT Terlihat sempurna di Pantai Perigi. Di langit, terlihat bundaran tengah matahari yang tertutup cahaya hitam. Namun, tidak tertutup sempurna karena bulan lebih kecil daripada matahari.

Di tempat lain, pesona gerhana matahari di Barat Sumatera tertutup awan. Jembatan Ampera kala itu sesak oleh pengunjung. Semua warga disana disuguhkan alunan musik Jazz dan sarapan gratis oleh pemerintah setempat. Meski sempat samar-samar, semua warga antusias dan penuh euforia kala malam muncul pada pagi di Kota Gadang tersebut.

Hewan pun bingung

Selain mengeksplorasi unsur matahari, para ilmuan mendapat informasi tak ternilai tentang perilaku hewan saat GMT. Seperti yang terjadi di Taman Impian Jaya Ancol yang bekerjasama dengan LIPI. Sumber daya laut LIPI, Hagi Yulia mengatakan saat GMT perlaku lumba-lumba berbeda. Menurutnya, hewan yang terkenal sebagai sahabat manusia itu lebih pendiam saat terjadi GMT. “Masih terlihat karakter ilmiah hewan, lumba-lumba nyaris beristirahat dan berdiam diri. Lebih banyak bersembunyi di dalam kolam,” katanya kepada Jawa Pos.

Lumba-lumba merasa takut saat GMT total, sebab hewan mamalia tersebut merasa aneh dengan perubahan siang menjadi malam yang mendadak. “Ia takut terjadi perubahan tiba-tiba gelap. Apalagi gravitasi daya tarik bulan ke matahari memengaruhi insting hewan,” ungkapnya.

Hal yang sama juga terjadi di Pantai Padi, Bangka Belitung. Guru besar ITB, Tati Suryati mengatakan banyak hewan yang sempat terkecoh dengan perubahan malam. Ada beberapa ekor kelelawar sempat terbang di atas pantai. Si mamalia terbang itu mengira hari sudah mulai gelap.

Tati juga mengungkapkan, tumbuhan putri malu juga menunjukan kejanggalannya. Tiba-tiba saja daunnya menutup dan tangkainya merunduk. Padahal tidak ada yang meyentuhnya.

Join The Discussion