News

Lawan Flu, Peneliti Kembangkan Obat dari Lendir Kodok India

Jakarta, Virus flu dikenal memiliki banyak strain. Ada yang memicu flu ringan seperti yang biasa kita alami, tetapi ada juga yang mematikan seperti flu burung atau flu babi.

Kondisi ini kemudian mendorong peneliti dari AS untuk mengembangkan obat flu yang ‘mujarab’. Menariknya, obat ini diekstrak dari lendir di tubuh kodok langka dari India, yaitu hydrophylax bahuvistara.

Menurut peneliti, lendir di tubuh kodok ini mengandung peptida yang bisa membunuh salah satu strain flu yang biasa menyerang manusia, bahkan membantu mencegah serangan tersebut. Strain yang dimaksud adalah H1N1.

Peneliti juga mengatakan, peptida ini bisa berfungsi jika tidak ada vaksin untuk mengatasi munculnya pandemi dari sebuah strain flu yang baru, atau ketika strain yang ada menjadi resisten.

“Sebenarnya tiap katak memproduksi peptida yang berbeda-beda, tergantung pada habitatnya. Ini mekanisme pertahanan alami mereka, tetapi kebetulan saja kami bisa menemukan satu jenis katak yang efektif melawan strain flu H1N1,” kata salah satu peneliti, Joshy Jacob dari Emory University School of Medicine, Atlanta.

Selain itu, katak memiliki kandungan peptida yang tinggi pada lendirnya. Menurut peneliti, untuk memisahkan antara peptida dari lendirnya juga paling mudah.

Percobaan dilakukan dengan mengumpulkan 15 katak jenis Hydrophylax bahuvistara kemudian peptidanya diisolasi dari tubuh mereka.

Ketika ‘diadu’ dengan sebuah strain flu di bawah mikroskop dan di tubuh tikus, peneliti menemukan empat di antaranya memiliki kemampuan untuk meredakan flu. Bahkan satu di antaranya memiliki sifat non-toksik atau tidak beracun untuk sel manusia.

Oleh Jacob dan koleganya, peptida yang tidak beracun untuk sel manusia itu diberi sebutan ‘urumin’. “Kami lalu mengetesnya melawan strain virus flu yang ada sejak tahun 1930-an hingga yang termutakhir, dan peptida ini berhasil membunuh seluruh strain H1-nya, tetapi tidak membunuh strain H3. Jadi sangat, sangat spesifik,” urai Jacob seperti dilaporkan CNN.

Pada saat ini, H1 dan H3 merupakan strain flu yang banyak menyerang manusia di seluruh dunia, termasuk di Amerika Utara, Eropa dan Asia Selatan. “Kami tidak tahu pasti mengapa urumin hanya menargetkan virus H1 tetapi secara anatomis virus H1 memiliki kesamaan dengan patogen amfibi yang biasanya dihancurkan oleh lendir katak di alam bebas,” duganya.

Peptida ini diklaim bisa jadi obat yang efektif di masa depan karena kemampuannya menyerang bagian tertentu dari strain yang bernama hemagglutinin. Tidak seperti obat-obat dewasa ini yang hanya menyerang bagian lain dari virus sehingga dampaknya tidak begitu terasa.

Tantangan Jacob kini adalah mencari cara agar peptida ini bisa ‘dikonsumsi’ manusia, semisal dengan cara disuntikkan agar bisa masuk ke aliran darah dan membunuh virus flunya. Timnya juga berupaya mencari katak jenis lain yang peptidanya bisa berperan aktif melawan virus lain seperti demam berdarah ataupun zika. (IFR/DetikHealth)

Join The Discussion