News

Kurang Tidur Memperlebar Lingkar Pinggang

JAKARTA – Studi baru menyimpulkan bahwa kurangnya jam tidur dapat memperlebar pinggang, meningkatkan risiko kelebihan berat badan dan obesitas.

Hasil penelitian di Inggris menunjukkan bahwa orang yang tidur sekitar enam jam semalam memiliki pinggang 3cm lebih besar daripada mereka yang tidur sembilan jam semalam. Kurangnya durasi tidur diduga mengganggu campuran kimiawi metabolisme dan kemampuan tubuh untuk mempertahankan berat badan yang sehat.

Penelitian yang dipimpin oleh Laura Hardie dari University of Leeds, memantau 1.615 orang dewasa berumur antara 19 hingga 65 tahun. Mereka melaporkan berapa lama durasi tidur, dan menyimpan catatan asupan makanan mereka.

Para peserta diambil sampel darahnya juga dicatat berat badan, pengukuran pinggang, dan tekanan darah. Para peneliti turut memperhitungkan usia, etnis, jenis kelamin, status merokok, dan status sosial ekonomi.

“Karena kami menemukan bahwa orang dewasa yang melaporkan tidur kurang dari teman sebayanya lebih mungkin mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, temuan kami menyoroti pentingnya tidur yang cukup,” kata Hardie.

“Berapa banyak tidur yang kita butuhkan berbeda di antara orang-orang, tapi konsensus saat ini adalah tujuh sampai sembilan jam paling baik untuk kebanyakan orang dewasa,” lanjutnya seperti yang dikutip dari siaran pers University of Leeds.

Selain lingkar pinggang yang lebih besar, penelitian yang telah dimuat di jurnal PLOSOne ini mengatakan indikasi hubungannya dengan berat badan. Setiap satu jam tidur tambahan antara pola enam dan sembilan jam, menyumbang nilai BMI 0,46 kg/m2 lebih rendah pada orang dewasa yang disurvei.

Tidur lebih pendek juga berkaitan dengan penurunan kadar kolesterol HDL dalam darah peserta –faktor lain yang dapat menyebabkan masalah kesehatan. Kolesterol HDL adalah kolesterol baik yang membantu menghilangkan lemak jahat dari peredaran darah.

Dengan demikian, kadar kolesterol HDL tinggi melindungi diri dari kondisi seperti penyakit jantung.

Menariknya, penelitian tersebut tidak menemukan adanya hubungan antara tidur singkat dan pola makan yang kurang sehat, sebuah fakta yang mengejutkan para peneliti. Sebab pada penelitian lain yang dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa tidur yang dipersingkat dapat menyebabkan pemilihan makanan yang buruk.

Studi yang berlangsung di University of Chicago pada tahun 2012, menemukan bahwa sinyal dari otak yang mengendalikan nafsu makan dipengaruhi oleh kurang tidur, seperti dilansir dari Science Daily (17/4/2012).

Secara khusus, hormon ghrelin, yang meningkatkan nafsu makan, dan leptin, yang mengindikasikan kapan tubuh kenyang, terkena dampaknya.

Penelitian ini merupakan cuplikan dari hubungan antara durasi tidur dan pengukuran kesehatan metabolik. Bukan dirancang untuk menilai dampak tidur buruk kronis dari waktu ke waktu, dan apakah hal itu menyebabkan penyakit.

Para peneliti mengatakan temuan mereka dapat memberi wawasan baru mengenai hubungan antara tidur dan penyakit metabolik seperti diabetes, yang sekarang menyerang lebih dari 422 juta orang di seluruh dunia, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Menurut rekan penulis studi, Greg Potter, jumlah orang dengan obesitas di seluruh dunia telah meningkat dua kali lipat sejak 1980. “Obesitas berkontribusi pada perkembangan banyak penyakit, terutama diabetes tipe 2. Memahami mengapa orang mengalami peningkatan berat badan memiliki implikasi penting bagi kesehatan masyarakat.”

Penelitian ini tidak dapat menunjukkan hubungan sebab-akibat langsung antara kurang tidur dan penambahan berat badan. Namun, peneliti menjelaskan temuan tersebut menambah bukti tentang hubungan antara tidur dan kesehatan.

Penelitian yang hadir sebagai bagian dari National Diet and Nutrition Survey Rolling Programme ini menambah daftar panjang masalah kesehatan yang terkait dengan kurangnya tidur. Sebuah daftar yang mencakup penuaan sel yang lebih cepat,kerusakan neuron, dan kemampuan memori yang berkurang.

Jika Anda mengalami tidur yang kurang berkualitas mungkin Anda harus menghindari sejumlah kebiasaan buruk yang menjadi pemicu. (IFR/Beritagar.id)

Join The Discussion