News

Korea Utara Dibalik Virus Komputer WannaCry?

WASHINGTON, (PR).- Peneliti Keamanan Siber menemukan bukti teknis yang mengarah pada keterlibatan Korea Utara pada serangan siber global malware ransomware wannacrypt atau dikenal dengan WannaCry. Serangan Virus WannaCry telah menginfeksi 300.000 komputer di 150 negara sejak Jumat pekan lalu.

Seperti dilaporkan Reuters, Symantec (SYMC.O) and Kaspersky Lab pada Senin, 15 Mei 2017 waktu setempat menyatakan sejumlah kode pada versi awal software WannaCry juga muncul pada program yang digunakan oleh Lazarus Group. Mereka diidentifikasi oleh peneliti dari berbagai perusahaan sebagai operasi peretas milik Korea Utara.

“Ini adalah pentunjuk terbaik yang kami temukan dari WannaCry,” ujar salah seorang peneliti Kaspersky Lab, Kurt Baumgartner kepada Reuters.

Baik Symantec (SYMC.O) and Kaspersky Lab mengatakan, masih terlalu dini untuk memastikan bahwa Korea Utara terlibat dalam serangan siber virus WannaCry. Berdasarkan bukti yang diumumkan melalui Twitter oleh peneliti kemanan Google, Neel Mehta, serangan siber yang terjadi adalah serangan dengan pemerasan yang menyebar tercepat dalam sejarah.

Penelitian terkait virus WannaCry dikawal ketat oleh sejumlah agensi penegak hukum di seluruh dunia. Tidak terkecuali Washington, dimana Penasihat Keamanan dari Presiden Donald Trump mengatakan bahwa negara asing dan penjahat siber adalah penyebab yang mungkin terjadi.

Reuters melaporkan, Symantec (SYMC.O) and Kaspersky Lab masih membutuhkan waktu untuk mempelajari kode lebih lanjut. Mereka juga meminta bantuan sejumlah analis.

Sementara itu pihak keamanan Eropa dan juga Amerika Serikat mengatakan, dengan kondisi seperti sekarang masih terlalu dini untuk memperkirakan siapa yang ada di balik serangan siber WannaCry. Namun mereka tidak menutup kemungkinan jika Korea Utara sebagai tersangka.

FireEye Inc (FEYE.O), sebuah perusahaan keamanan siber besar lainnya, mengatakan bahwa saat ini mereka juga tengah melakukan investigasi terkait kemungkinan keterlibatan tersebut.

“Persamaan yang kami lihat antara malware terkait dengan grup tersebut dam WannaCry, masih belum cukup kuat untuk melakukan sugesti terhadap operator tertentu,” ujar peneliti FireEye, John Miller.

Menurut beberapa perusahaan keamanan siber, Peretas Lazarus (Lazarus Group) sebelumnya pernah dituduh atas pencurian 81 juta dolar dari bank sentral Bangladesh. (IFR/Pikiran Rakyat)

Join The Discussion