News

Kolaborasi Riset Empat PTN Hasilkan Scanner Kanker Servik

Dikutip dari sindonews.com, kanker servik masih menjadi penyakit mematikan yang kerap ditakuti masyarakat. Banyaknya penderita membuat pemerintahan menganjurkan untuk rajin melakukan tes pap smear pada semua perempuan Indonesia secara rutin.

Untuk memperoleh gambaran yang kompleks, tim dokter membutuhkan scanner yang dapat mendeteksi sekaligus mengidentifikasi kanker tersebut. Sehingga penanganan yang dilakukan tepat sasaran serta bisa membantu penderita kanker dengan segera.

Dosen Universitas Airlangga Dr Riries R ST MT, bersama Winarno SSi MT dan Osmalina Nur Rahma ST MSi mencoba untuk menciptakan scanner kanker servik yang bisa membantu percepatan dalam deteksi penyakit.

Mereka pun berkolaborasi dengan tim UGM, ITB, dan IPB dalam membuat suatu inovasi berupa scanner kanker servik. Penelitian ini menghasilkan alat berupa hardware dan software yang saling mendukung kinerja. Tidak hanya untuk membantu mendeteksi pasien, tapi juga untuk alat pembelajaran dokter muda.

”Alatnya sudah ada mikroskop portable, tapi di-improve lebih spesifik untuk kanker servik,” kata Riries, Minggu (23/6/2019).

Dosen Fisika ini menjelaskan, penelitian yang memanfaatkan engineering dan image processing ini akan menampilkan hasil akhir keseluruhan gambar dengan dapat menampilkan secara detail saat diperbesar. Ada pun penelitian tersebut, tidak hanya sebagai scanning dan identifikasi, tapi juga sebagai data repository.

Data repository sendiri bisa sebagai digital record riwayat kesehatan pasien dan bisa memberikan pelayanan terbaik untuk pasien. ”Nanti juga bisa data repository, selama ini data preparat disimpan saja nanti berjamur sewaktu-waktu data tersebut diminta dinkes,” kata dia.

Riries berharap alat yang dihasilkan ini bisa bermanfaat. Terutama pada faskes kesehatan yang rendah untuk bisa mengakses. Bahkan, puskesmas pun dapat mengonsultasikannya dengan dokter yang di pusat dengan konsep IoT (Internet Of Thing).

”Faskes-faskes rendah bisa mengakses. Nanti dikirim ke dokter yang di pusat, nanti bisa melalui telepon atau internet,” kata dia.

Sebagai informasi, Riset Kolaborasi Indonesia (RKI) adalah program dikti yang bertujuan mendorong para dosen di seluruh Indonesia melakukan publikasi demi mencapai World Class University. Penelitian tersebut merupakan gelombang pertama yang diikuti dari empat universitas yakni, UNAIR, ITB, IPB dan UGM.

Join The Discussion