News

Kepala BSKDN Imbau Pemkot Gorontalo Tingkatkan Ekosistem Inovasi untuk Turunkan Angka Stunting

Gorontalo- Percepatan penurunan angka stunting merupakan program prioritas nasional yang penting dilakukan dalam mendukung pembangunan Indonesia yang lebih berdaya saing. Penurunan angka stunting dapat dilakukan pemerintah daerah (Pemda) melalui peningkatan ekosistem inovasi di wilayahnya.

Hal itu menjadi penekanan Kepala BSKDN Yusharto Huntoyungo saat melakukan asistensi di Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan (Bappeda) Kota Gorontalo pada Selasa, 7 Maret 2023. Sejalan dengan itu, Yusharto mengimbau Pemerintah Kota (Pemkot) Gorontalo agar terus berupaya menurunkan angka stunting melalui peningkatan ekosistem inovasi di daerahnya.

Lebih lanjut, Yusharto menjelaskan penurunan stunting tidak akan berjalan maksimal tanpa dukungan berbagai pihak mulai dari pemimpin hingga organisasi perangkat daerah (OPD) yang kreatif dalam berinovasi. Dia berharap, Pemkot Gorontalo tidak salah mengartikan inovasi sebagai suatu hal yang mahal dan sulit. Menurut Yusharto, justru dengan adanya inovasi alokasi anggaran dapat lebih efektif.

Dirinya mencontohkan, Pemkot Mojokerto dengan inovasi Gempa Genting (Segenggam Sampah Gawe Stunting) dapat menurunkan angka stunting di daerahnya. Dia menceritakan, di Kota Mojokerto untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, masyarakat hanya perlu membawa sampah organik miliknya ke kelurahan. Sampah tersebut diserahkan ke petugas untuk pakan ulat manggot. Kemudian ulat maggot digunakan untuk pakan ikan yang dibudidayakan di bioflok, dan hasil panen budidaya ikan nantinya diberikan kepada keluarga yang memiliki anak stunting di lingkungan kelurahan tersebut.

“Inovasi ini bisa dibilang melahirkan inovasi lainnya, bukan hanya bermanfaat untuk kesehatan tetapi juga ketahanan pangan, ini tak lepas dari peran OPD nya yang kreatif dan berani berinovasi,” ungkap Yusharto.

Dalam kesempatan itu, Yusharto berharap Pemkot Gorontalo dapat terinspirasi untuk menjadikan inovasi sebagai solusi menurunkan angka stunting. Dia juga berharap peran pemimpin dan OPD di Kota Gorontalo terhadap inovasi khususnya terkait stunting dapat terus ditingkatkan.

“Keinginan untuk terus berprestasi ini mestinya dimiliki Pemkot Gorontalo, inovasi juga tidak harus mahal tetapi bisa mengatasi kesulitan yang kita hadapi,” terangnya.

Sebagai informasi tambahan, berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan menunjukkan, prevalensi balita stunting di Gorontalo mencapai 23,8% pada 2022. Provinsi tersebut menempati peringkat ke-17 tertinggi secara nasional. Sementara itu, prevalensi balita stunting di Gorontalo berdasarkan kabupaten/kota pada 2022 menempatkan Kota Gorontalo pada peringkat kelima dengan angka stunting mencapai 19,1%.

Join The Discussion