Semarang – Kepala Badan Strategi Kebijakan Dalam Negeri (BSKDN) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Eko Prasetyanto mengajak seluruh pihak bersinergi menghadapi berita bohong di era keterbukaan informasi. Menurutnya upaya tersebut membutuhkan kerja bersama, baik pemerintah, lembaga penyiaran publik, pengusaha, akademis, media massa, masyarakat, dan pihak terkait lainnya.
Hal itu disampaikan Eko saat memberi sambutan pada Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) IV Persatuan Radio Televisi Publik Daerah Seluruh Indonesia Tahun 2022. Mukernas tersebut diselenggarakan di Bandungan, Kabupaten Semarang pada Selasa (18/10/2022).
Eko menuturkan, di era keterbukan informasi banyak berita bohong yang bertebaran. Kondisi ini membutuhkan upaya untuk menangkal sekaligus menghadapinya. “Berita-berita yang tidak benar ini mari kita tangkal bersama melalui kegiatan-kegiatan positif di antara kita,” ujar Eko.
Dia menjelaskan bahwa tak ada satu bangsa pun yang mampu membendung kemajuan peradaban, termasuk di bidang teknologi informasi. Karena itu, upaya untuk menyaring berbagai informasi perlu dilakukan. Hal ini perlu dilakukan, terlebih komunikasi dan informasi merupakan urusan wajib non-pelayanan dasar.
Eko mengatakan, ketahanan informasi perlu diwujudkan. Ketahanan ini ditandai dengan kemampuan untuk menyaring berbagai berita yang tidak benar. Langkah ini dapat dilakukan melalui berbagai inovasi untuk mewujudkan ketahanan tersebut. Hal ini bisa dilakukan dengan mereplikasi inovasi yang dilakukan daerah lainnya dalam mewujudkan ketahanan informasi.
“Dalam rangka untuk kita menanggulangi berbagai kemajuan-kemajuan teknologi informasi yang terkadang banyak informasi yang sifatnya hoaks atau bad news,” ujarnya.
Di sisi lain, Eko mengapresiasi Mukernas tersebut. Dirinya berharap, Mukernas tersebut mampu menghasilkan berbagai langkah strategis dalam menghadapi era keterbukaan informasi.
Dalam kesempatan yang sama, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengamini pentingnya edukasi untuk melawan hoaks atau berita bohong. Ganjar berharap, setiap radio dapat mengedukasi pendengarnya agar mampu membedakan berita hoaks dengan berita yang dapat dipertanggungjawabkan.
“Terus saya sepakat tadi, bagaimana kita harus melawan hoaks dengan edukasi, yang berikutnya kita butuh new hero Bapak/Ibu, new hero itu bukan orang-orang terkenal tapi tokoh di tempat Bapak Ibu sekalian yang dia berbuat sangat konkret, real, untuk kemanusiaan bangsa dan negara, angkat, ceritakan dan kita siarkan dalam bentuk multiplatform dan kemudian kita akan gemakan seluruh Indonesia,” tutur Ganjar