Bogor – Sektor industri secara global saat ini sudah memasuki pada tahap revolusi industri keempat, di mana sistem dalam proses produksi dan aspek manajemennya ditopang oleh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi serta kegiatan litbang yang menghasilkan inovasi.
“Memasuki era Industri 4.0, beberapa negara maju seperti Jerman, Perancis, dan China telah menetapkan strategi untuk mengatasi tantangan dan memanfaatkan peluang yang ada baik di domestik maupun dunia,” ujar Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Ngakan Timur Antara di Bogor, Senin (23/4/2018).
Pada 4 April 2018, menjadi momentum bersejarah bagi Indonesia karena Presiden Joko Widodo secara resmi meluncurkan peta jalan Making Indonesia 4.0 yang diinisiasi oleh Kementerian Perindustrian.
Selain menetapkan sebagai gerakan nasional dan strategi Indonesia mempercepat implementasi untuk memasuki Industri 4.0, roadmap terintegrasi tersebut juga menjadi landasan guna mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional di masa mendatang.
“Bapak Presiden menunjuk Kemenperin sebagai leading sector dalam penerapan Industri 4.0,” katanya.
Melalui Making Indonesia 4.0, aspirasi besar yang ditargetkan adalah menjadikan Indonesia masuk dalam jajaran 10 besar negara yang memiliki ekonomi terkuat di dunia pada tahun 2030, dengan mengembalikan kontribusi net export industri ke angka 10 persen dan peningkatan produktivitas tenaga kerja hingga dua kali lipat dibandingkan biaya tenaga kerja.
“Maka itu, kami sangat berharap agar kementerian dan lembaga lain, pemerintah daerah, akademisi serta pelaku industri mendukung penuh pelaksanaan roadmap tersebut sesuai tugas masing-masing demi kemajuan bangsa,” papar Ngakan.
Beberapa inisiatif yang perlu dilakukan berdasarkan Making Indonesia 4.0, antara lain adalah membangun jejaring inovasi, penyelarasan peta jalan dan program inovasi nasional di seluruh kementerian dan lembaga agar dapat saling mengisi dan memperkuat satu sama lainnya, serta membuat cetak biru pusat inovasi nasional sebagai sarana knowledge pool dan knowledge sharing antar pelaku dalam ekosistem inovasi.
“Kemudian, memberikan fasilitas untuk mendukung tumbuhnya budaya dan ekosistem inovasi, sehingga pada akhirnya diharapkan dapat terbangun Integrated Industry Dashboard and Integrated Ecosystem,” lanjut Ngakan.
Dalam rangka membangun kemampuan inovasi, peran lembaga litbang yang ada di seluruh Indonesia termasuk di bawah BPPI Kemenperin dapat menjadi penyokong utama terbentuknya ekosistem inovasi yang melahirkan riset-riset berkualitas dan memberi manfaat bagi industri.
“Guna menghasilkan inovasi yang sesuai kebutuhan di dunia industri, balai litbang Kemenperin terus berupaya menggandeng sektor swasta untuk ikut berkontribusi dalam kegiatan riset atau alih teknologi yang mendukung kemajuan sektor manufaktur nasional,” tuturnya.
Hingga saat ini, jumlah balai litbang di bawah BPPI Kemenperin sebanyak 11 Balai Besar dan 11 Balai Riset Standardisasi (Baristand) Industri. Balai-balai litbang industri tersebut telah menghasilkan 98 paten. (industry.co.id)