News

Kemenag Luncurkan Bank Data Riset Keagamaan

MALANG — Menteri Agama (Menag) RI, Lukman Hakim Saifuddin secara resmi memperkenalkan bank data riset bidang keagamaan di UIN Maulana Malik Ibrahim, Kota Malang, Senin (8/10). Aplikasi bank data yang baru saja diresmikan tersebut bernama Ministry Religious Affair Bank of Article System (MORA-BASE) dan Ministry Religious Affair Reference (MORA-REF).

“Jadi kita memiliki sebuah sistem aplikasi yang menghimpun semua hasil riset penelitian yang dilakukan perguruan tinggi Islam negeri maupun swasta,” kata Menag Lukman saat Pembukaan International Conference on University-Community Engagement di UIN Maulana Malik Ibrahim, Kota Malang, Senin (8/10).

Menurut Lukman, aplikasi ini tidak hanya menampilkan judul riset tapi juga rangkuman penelitian mahasiswa maupun dosen seluruh Indonesia. Aplikasi ini diangggap penting keberadaannya mengingat kondisi yang terjadi saat ini. Dalam hal ini untuk menghindari dua hal penting di dunia penelitian perguruan tinggi Islam di Indonesia.

Pertama, kata Lukman, keberadaan aplikasi tersebut untuk menghindari duplikasi penelitian. Sebab, banyak peneliti yang seringkali melakukan kajian riset tanpa mengetahui apakah sebelumnya telah dilakukan hal serupa atau tidak. Mereka kesulitan mencari informasi tersebut sehingga perkembangan penelitian ke tahap selanjutnya terganggu.

“Kalau seperti ini, semua peneliti bisa tahu topik tertentu dengan lihat riset para pendahulu mereka,” ujar Lukman.

Melalui pangkalan data tersebut, Lukman juga yakin ini akan membantu memperkaya wawasan para peneliti. Peneliti juga bisa tahu apa yang dapat dikembangkan dari riset-riset sebelumnya.

Selain untuk peneliti dalam negeri, Lukman berpendapat, aplikasi ini juga dapat membantu para periset dari negara lain. Cara demikian jelas memberikan jalan penelitian dalam negeri untuk dikenal dalam ranah internasional. Hal yang pasti, dia melanjutkan, aplikasi ini diharapkan dapat membantu perubahan Perguruan Tinggi (PT) ke arah lebih baik lagi.

“Perguruan Tinggi tidak boleh stagnan karena nyawa kita sebenarnya ada di perubahan. Dan perubahan ke arah lebih baik semuanya perlu yang berbasis ilmiah. Pendekatan ilmiah inilah yang membedakan perguruan tinggi dengan yang lain,” tegas dia. (REPUBLIKA.CO.ID)

Join The Discussion