JAKARTA – Guna mendorong lebih banyak lagi penelitian dari Indonesia yang dapat menembus jurnal ilmiah internasional, kapasitas peneliti di Tanah Air harus ditingkatkan. Pemerintah Indonesia dan Australia bekerja sama meningkatkan kualitas penelitian dan kapasitas peneliti di Tanah Air.
Kerja sama diharapkan dapat mendorong lebih banyak lagi penelitian dari Indonesia yang dapat menembus jurnal ilmiah internasional.
Australian Technology Network of Universities dan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) sepakat membuka peluang bagi para staf profesional dan pelajar di Indonesia untuk mengakses pendidikan berkelas dunia di Australia.
“Indonesia akan mendukung kolaborasi dari mahasiswa peneliti dan pertukaran staf, serta menyediakan program pendidikan dan penelitian untuk membekali para penerima beasiswa Ristekdikti dengan keterampilan yang akan menunjang karier mereka di masa depan,” kata Dirjen Sumber Daya Iptek Dikti, Kemristekdikti, Ali Ghufron Mukti, di Jakarta
Ghufron mengatakan ada lima hal penting yang masuk dalam poin kerja sama. Poin tersebut, di antaranya optimalisasi penelitian antar dua negara dan pelatihan menulis proposal penelitian.
Kerja sama ini dilakukan tidak hanya untuk meningkatkan kerja sama penelitian, namun juga kapasitas peneliti Indonesia.
Terutama writing skill untuk menunjang publikasi jurnal internasional. Langkah ini merupakan salah satu upaya mengoptimalkan penyerapan kuota beasiswa, salah satunya dengan peningkatan kemampuan bahasa Inggris.
“Itu kenapa dalam MoU ini ada writing skill dalam pengembangan proposal research, pengembangan kompetensi bahasa,” kata Ghufron.
Berstandar Internasional
Dengan meningkatnya kemampuan berbahasa Inggris diharapkan dapat mendongkrak jumlah jurnal ilmiah berstandar internasional.
“Kami belum targetkam berapa kenaikannya, tapi dengan kerja sama ini harusnya jumlah publikasi jurnal internasional terus bertambah,” tegas Ghufron.
Ghufron berharap dengan kerja sama ini dapat mendorong keberagaman riset yang ada di Indonesia agar lebih jauh di tingkat publikasi internasional.
Sejumlah program yang akan dilakukan, di antaranya inviting world class profesor untuk datang ke Indonesia. “Lalu ada juga program diaspora program, yakni peneliti Indonesia yang ada di luar negeri untuk kembali ke Indonesia dan bekerja bersama,” sebut Ghufron.
Menurut Ghufron, Australia menjadi salah satu negara yang paling dinikmati pelamar beasiswa. “Dalam beasiswa unggulan dosen Indonesia saja misalnya, Australia menjadi destinasi paling diminati karena dekat dan kualitasnya bagus,” kata Ghufron.
Direktur Eksekutif Australian Technology Network of Universities, Renee Hindmarsh, mengatakan kesepakatan tersebut akan memberikan kesempatan belajar bagi warga Indonesia dan sebaliknya, akan membuka peluang bagi pelajar dan ilmuwan untuk bekerja dan belajar di Australia.
“Para pelajar ini akan memiliki kesempatan yang luar biasa untuk dapat mengakses fasilitas-fasilitas yang canggih, memperoleh pemahaman lebih mendalam tentang kebudayaan Australia, mengembangkan kemampuan berbahasa Inggris, dan merasakan nuansa kehidupan akademik di lima universitas kami,” jelas Renee.
Renee mengatakan Australian Technology Network of Universities memiliki kekuatan dan keahlian riset yang selaras dengan prioritas riset Indonesia.
“Kelima universitas yang berada pada kami dikenal sebagai universitas-universitas yang muda, inovatif di Australia,” tutur Renee.
Australian Technology Network of Universities adalah sebuah konsorsium dari lima universitas besar di Australia, yaitu Queensland University of Technology di Brisbane, University of Technology Sydney, RMIT University di Melbourne, University of South Australia di Adelaide, dan Curtin University di Perth.
Sementara itu, Direktur Institut Pertanian Bogor (IPB) Science Techno Park, Meika Syahbana Rusli, mengatakan IPB memperkenalkan IPB Science Techno Park, sebuah kawasan pengembangan inovasi yang akan menjadi science-techno-park bidang pertanian, pangan dan biosains termaju di Indonesia. (IFR/Koran Jakarta)