News

Kampus Merdeka Diharap Dongkrak Riset

Dikutip dari mediaindonesia.com, Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro meng-ungkapkan program Kampus Merdeka yang diinisiasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dapat mendorong pertumbuhan budaya riset di Indonesia. Menurutnya, program tersebut mempermudah akses mahasiswa terhadap penelitian yang sebelumnya masih terbatas.

“Kalau mahasiswa S-1 di luar lima semester yang wajib di kampus berarti kalau ada mahasiswa yang punya minat menjadi calon peneliti, misalkan, mereka bisa magang. Magangnya bisa ikut dalam penelitian langsung, atau model kuliah kerja nyata di daerah itu nanti akan berpotensi meningkatkan jumlah peneliti di masa depan,” kata Bambang seusai konferensi pers di Kantor BPPT, Jakarta, kemarin.

Bambang menuturkan, saat ini memang masih sulit mencari generasi yang tertarik dengan dunia penelitian karena tidak banyak mahasiswa yang tertarik melakukan penelitian.

“Kalau dia delapan semester harus habis di kampus, yang jadi peneliti ialah yang memang dari awal niat jadi peneliti. Nah, dengan adanya model dari Mendikbud ini, kita harapkan dengan kemungkinan tiga semester dia di luar, yang barangkali ingin mencoba terlibat penelitian itu punya akses yang lebih besar,” imbuhnya.

Kelonggaran program Kampus Merdeka, lanjut Bambang, harus dimanfaatkan mahasiswa yang berminat menjadi peneliti. Pihaknya pun siap mendorong perguruan tinggi menggandeng mahasiswa untuk melakukan penelitian.

“Tentunya nanti kami akan mencoba menyambut ini dengan mendorong. Misalkan penerima hibah ini untuk dalam penelitian melibatkan mahasiswa yang S-1 tadi. Yang memang sudah dalam kategori dia sudah boleh magang atau boleh terlibat sebagai asisten peneliti,” imbuhnya. Ekosistem tersebut, tambahnya, diharapkan dapat mendongkrak jumlah peneliti yang dihasilkan kampus.

Peluang

Pimpinan perguruan tinggi memberikan tanggapan beragam menanggapi program Kampus Merdeka. Rektor Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI), Asep Saefuddin, menyebut program Kampus Merdeka membuka peluang bagi pimpinan perguruan tinggi untuk berinovasi. Peluang tersebut, lanjut Asep, harus ditangkap pimpinan PT dengan cermat.

“Saat ini Menteri sudah memberi keleluasaan, mari kita tangkap dan optimalkan dan berlari kencang, jangan ribet di dalam,” ujarnya di Jakarta, Minggu (26/1). Ia menambahkan, program tersebut bisa menjadi jalan bagi perguruan tinggi dalam negeri menembus 100 besar dunia.

Secara terpisah, Rektor UGM Panut Mulyono menegaskan pihaknya akan membenahi kurikulum terkait program tersebut. “Saya berharap UGM menjadi leader dan trendsetter transformasi pembelajaran 4.0,” kata Panut dalam keterangan tertulisnya, kemarin.

Sementara itu, Rektor Universitas Negeri Medan Syamsul Gultom menegaskan, pihaknya akan menggodok program penyesuaian melalui rapat pimpinan dan Senat Universitas.

Join The Discussion