News

Kajian Belum Memakai Pendekatan Multidisipliner

JAKARTA – Kajian wilayah di Indonesia perlu dikembangkan agar bisa mencakup berbagai ilmu dan aspek di masyarakat. Dengan demikian, kajian yang dilakukan juga dapat lebih luas sekaligus mendalam.

Hal tersebut mengemuka di dalam kuliah umum guru besar antropologi dari Australian National University, Kenneth George, di Lembaga Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta, Senin (26/9). Kuliah bertema “Ethnography, Ethics, and Assemblage: Reclycling Area Studies” itu diadakan oleh Pusat Penelitian Sumber Daya Regional (P2SDR) LIPI sebagai bagian dari pelaksanaan program nasional “Global Village”.

“Kajian wilayah tidak hanya mengenai manusia, tetapi juga mengenai lingkungan tempat mereka berada, kebijakan publik, hingga dampak yang terjadi di luar wilayah itu,” ujar George.

Ia mengatakan bahwa para peneliti berkontribusi mengubah narasi sejarah yang ada. Salah satu caranya ialah menyandingkan sejarah perkembangan umat manusia dengan perubahan alam.

“Dalam 500 tahun terakhir, perkembangan manusia mengekstasi dan mengelola sumber daya alam mengubah cara alam bekerja. Hal ini tidak hanya penting dikaji dari sudut geologi ataupun ekonomi, tetapi juga keagamaan hingga kemasyarakatan,” ujar George.

Ia mengambil contoh penelitian yang dilakukan oleh antropolog Universty of California, Santa Cruz di Amerika Serikat, Anna Tsing, mengenai jamur matsuke yang merupakan santapan kesukaan penduduk Jepang. Salah satu produsen terbesar jamur tersebut adalah negara bagian Oregon, AS.

Tsing mengikuti perkembangan industri pertanian jamur shitake di Oregon beserta dampaknya kepada perambahan hutan. Selain itu, besarnya industri jamur mendatangkan para buruh tani kelompok etnis Hmong dari kawasan Pegunungan Indocina di perubahan dinamika sosial antara penduduk asli dan mendatang.

Peneliti Tsing juga mengikuti pergerakan jamur matsutake yang diekspore ke Jepang beserta orang-orang yang terlibat di dalam proses pengiriman, penerimaan, dan distribusinya. Ia juga menceritakan arti sayur tersebut bagi kuliner sehari-hari orang Jepang. (IFR/Harian Kompas)

Join The Discussion