Perubahan iklim secara otomatis mengubah tatanan lingkungan kita. Tak hanya suhu yang menurun drastis, perubahan yang mencolok juga terjadi pada lautan.
Belum lama ini ada laporan bahwa jumlah kadar oksigen di lautan mengalami penurunan. Hal ini mengancam kehidupan ekosistem laut.
Data terakhir menunjukkan dalam kurun waktu setengah abad, terjadi peningkatan wilayah dengan minim oksigen di lautan terbuka sampai empat kali lipat. Selain itu, wilayah seperti muara, teluk, dan pesisir juga kadar oksigen rendahnya meningkat sampai sepuluh kali lipat sejak 1950.
Data ini semakin menegaskan bahwa jumlah wilayah dengan kadar oksigen rendah atau hampir tak ada oksigen makin banyak di bumi. Dampaknya, ekosistem dan rantai makanan di laut terganggu, terlebih biota laut membutuhkan kadar oksigen yang cukup.
Menurut penelitian yang dimuat di jurnal Science, pemanasan global adalah penyebab utama berkurangnya kadar oksigen di laut.
Itu karena saat suhu permukaan air naik, oksigen dengan kadar tinggi akan terserap suhu panas di permukaan. Lalu, oksigen dengan kadar rendah akan mengalir ke bawah dan membuat suhu laut lebih dingin.
Selain itu, perkembangan ganggang akibat limbah pupuk juga membuat kadar oksigen turun. Alasannya, saat mikroorganisme mati dan membusuk akan menyedot oksigen dalam jumlah besar dan memperluas zona mati.
“Penurunan oksigen laut adalah dampak paling serius akibat aktivitas manusia di lingkungan bumi,” kata Denise Breitburg, ahli ekologi laut dengan Smithsonian Environmental Research Center, dalam rilis beritanya yang dikutip di UPI, Kamis (4/1/2018).
Penelitian dilakukan oleh kelompok Global Ocean Oxygen Network(GO2NE) yang terbentuk pada 2016 oleh Komisi Perserikatan Bangsa Bangsa Bidang Kelautan Antar Negara.
Vladimir Ryabinin, Sekretaris Eksekutif Komisi Oseanografi Internasional berkata bahwa efek gabungan dari limpahan polusi danperubahan iklim sangat meningkatkan jumlah dan ukuran ‘zona mati’ di perairan lepas dan pesisir, di mana kadar oksigen terlalu rendah untuk mendukung sebagian besar kehidupan laut
Dalam kesempatan itu, ia mengingatkan bahwa laut merupakan pemasok utama oksigen di bumi. “Sekitar setengah dari jumlah oksigen di bumi berasal dari lautan,” katanya.
Kita bisa melihat zona mati di Teluk Meksiko, Great Lakes, dan Chesapeake Bay semakin meluas dan banyak organisme laut mati.
Tingkat oksigen yang rendah juga memperlambat pertumbuhan populasi ikan dan hewan laut, serta membuat hewan mudah mati. Sayangnya, wilayah seperti ini makin banyak ditemui.
Beberapa spesies mendapatkan manfaat dari penurunan oksigen ini, namun sebagian besar tidak. Hal ini justru cenderung mengurangi keanekaragaman hayati di lautan yang ada di planet kita.
Untuk itu, ilmuwan menyarankan tindakan agresif mengatasi perubahan iklim dan limbah polusi. Pemangku kebijakan harus membuat terobosan strategi yang lebih baik untuk mengatasi residu limbah dari daerah aliran sungai, juga mengambil langkah tepat mengurangi efek emisi rumah kaca.
Ilmuwan menyadari bahwa penurunan oksigen tidak dapat dihindari. Salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah menyelamatkan dan melindungi populasi ikan dan ekosistem laut yang paling rentan terkena dampa penurunan kadar oksigen.
“Itu yang bisa kami lakukan, sedangkan untuk mengatasi masalah perubahan iklim memerlukan upaya global, tetapi tindakan lokal dengan memberikan nutrisi ke oksigen, dapat membantu mengurangi penurunan kadar oksigen,” kata Bretiburg.
Misalnya aksi warga lokal untuk mengurangi residu limbah telah membantu mengurangi polusi nitrogen hingga 24 persen di daerah aliran sungai di Chesapeake Bay.
“Mengatasi perubahan iklim mungkin tampak lebih menakutkan, tapi tindakan nyata sangat penting untuk menghentikan penurunan oksigen di lautan kita dan untuk semua aspek kehidupan di planet kita,” kata Breitburg.