JAKARTA – Maraknya budaya asing yang masuk ke Indonesia, menjadikan pemuda-pemudinya mulai samar dan meninggalkan kebudayaannya sendiri. Hal itu diungkapkan oleh Guru Besar Sastra UI, Riris K Toha Sarumpaet dalam acara Peluncuran Buku Krisis Budaya dan Bedah Buku Manusia Indonesia dsb, Kamis (7/4) di Yayasan Obor Indonesia (YOI)
Hadir pula dalam acara tersebut Sub Bagian Perpustakaan, Informasi dan Dokumentasi BPP Kemendagri sebagai salah satu tamu undangan. Menurut Riris, krisis budaya di Indonesia sudah dalam situasi sulit. “Krisis budaya sudah dalam ranah amnesia budaya. Arus globalisasi seperti K-Pop membuat muda-mudi Indonesia lebih gandrung akan budaya asing,” katanya.
Menurutnya, krisis budaya bisa dicegah dengan mengelola arus globalisasi dan yang terpenting adalah pendidikan. “Membangun manusia melalui pendidikan adalah proses. Pentingnya pendidikan anak usia dini melalui pendidikan karakter,” terangnya.
Saat ini, ia juga mengeluhkan banyak anak muda yang putus sekolah dan tidak memunyai keterampilan dan adat istiadat asli Indonesia. Mereka yang usianya belasan tahun nekat merantau ke Jakarta untuk bekerja menjadi pembantu, tetapi pekerjaan seperti menyapu, memasak, mengepel, dan sebagainya. “Ciri anak muda sekarang itu maunya yang instan. Saya sampai kesal mengajarkan pembantu yang sekarang tidak bisa apa-apa,” tutupnya. (IFR)