Dikutip dari sindonews.com, Pemerintah Indonesia dan Inggris kembali memperkuat kerja sama riset dan inovasi. Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Owen Jenkins mengatakan pihaknya mengadakan pertemuan dengan Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro untuk mendiskusikan program-program kerja sama bilateral bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta inovasi yang sedang berjalan.
Selain itu hal tersebut untuk membicarakan kerja sama lanjutan antara Indonesia dan Inggris setelah restrukturisasi kementerian dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) menjadi Kemenristek/BRIN.
Duta Besar Owen Jenkins menyampaikan sejumlah agenda berkenaan dengan program-program Newton Fund seperti Newton Prize yang akan diselenggarakan di Jakarta pada 14 Januari 2020 dan di London pada 12 Februari 2020.
“Saya mengundang Bapak Menristek/Ka BRIN untuk dapat hadir pada kedua kegiatan tersebut dan memberikan informasi tentang perkembangan kebijakan iptek dan inovasi serta program prioritas Kemenristek/BRIN lima tahun ke depan,” ujar Dubes Owen.
Selain itu Duta Besar Owen Jenkins juga menyampaikan bahwa Kedutaan Besar Inggris di Jakarta akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan kegiatan Attachè’s Networks. Kegiatan Attachè’s Networks akan mempertemukan para science attaché dari negara-negara seperti Inggris, Amerika Serikat, Jerman, Prancis, Belanda, Australia, dan Selandia Baru.
Tujuan kegiatan tersebut adalah untuk memahami struktur organisasi, prioritas, dan arah kebijakan Kemenristek/BRIN. Antara lain terkait perizinan penelitian asing. Menanggapi hal itu, Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro mengungkapkan respons positifnya atas kegiatan-kegiatan kerja sama ilmu pengetahuan dan teknologi Indonesia dan Inggris yang telah berjalan.
Bambang pun berharap kementerian baru yang dipimpinnya ini dapat turut berkontribusi secara optimal pada kegiatan kerja sama riset dan inovasi tersebut. Bambang juga turut menyampaikan bahwa Kemenristek/BRIN saat ini berusaha mewujudkan inovasi dengan cara menghilirisasi (downstreaming) aktivitas riset ke arah komersial melalui tiga prioritas.
Pertama adalah prioritas riset untuk memenuhi kebutuhan inovasi yang dibutuhkan masyarakat. Di antaranya dari kalangan nelayan dan petani (pertanian dan perikanan). Fokus riset kedua adalah mempromosikan dan atau menciptakan inovasi yang dapat menghasilkan nilai tambah. “Prioritas ketiga adalah berupaya untuk lebih meningkatkan konten lokal dalam penciptaan teknologi dan inovasi di Indonesia,” urai guru besar Universitas Indonesia itu.
Sehubungan dengan memorandum on understanding (MoU) bidang riset dan inovasi yang telah habis masa berlakunya pada Juli 2019, Indonesia dan Inggris berencana memperpanjang MoU tersebut dan merampungkannya pada Januari 2020 agar kerja sama Indonesia dan Inggris ke depan dapat bernaung dalam suatu payung hukum.
Bambang melanjutkan, terkait dengan regulasi perizinan peneliti asing, dia akan mengutus Deputi Riset dan Pengembangan Kemenristek/BRIN untuk menjelaskan secara detail peraturan mengenai perizinan peneliti asing tersebut.
Sebelumnya dalam pertemuan dengan Dubes Amerika Serikat untuk Indonesia Jopseph R Donovan Jr, Bambang menuturkan ketertarikannya untuk memperbanyak program riset bersama dan pengembangan kapasitas seperti MIT-Indonesia Research Alliance yang dimotori ITB sebagai wakil dari perguruan tinggi di Indonesia serta kerja sama dengan University of Chicago.
“Supaya keterwakilan universitas di Amerika Serikat yang menjadi mitra perguruan tinggi di Indonesia merata, kita juga perlu lakukan kerja sama dengan universitas yang ada di pantai barat Amerika seperti California Institute of Technology (Caltech) atau Stanford University,” imbuhnya beberapa waktu lalu.