Beijing, 13/4 (ANTARA News) – Indonesia dan China sepakat mengembangkan laboratorium reaktor riset multifungsi bersuhu tinggi dengan pendingin gas (HTGR) setelah Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI Mohamad Nasir dan Menteri Sains dan Teknologi China Wang Zhigang menandatangani kesepatan itu di Beijing, Kamis malam kemarin.
“Inovasi China sangat membutuhkan ASEAN. Begitu pula sebaliknya, inovasi ASEAN sangat membutuhkan China,” kata Wang menyusul penandatanganan yang dilakukan di sela-sela pencanangan Tahun Inovasi ASEAN-China 2018 dan Forum Inovasi China-ASEAN.
Selain dengan Indonesia, China juga menyepakati pengembangan pusat riset sistem perkeretaapian dengan Thailand, pengembangan laboratorium energi baru dan terbarukan dengan Laos, dan pengembangan laboratorium radar dan satelit komunikasi dengan Myanmar.
China telah menjalin kerja sama proyek pada bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dengan 158 negara dan kawasan serta terlibat dalam 200-an organisasi iptek internasional, tulis media resmi setempat.
“Kami terus mendukung keterbukaan dan kerja sama iptek dan inovasi teknologi lebih luas dan mendalam,” ujar Wang.
China juga akan berupaya menyinergikan gagasan Jalur Sutera dan Jalur Maritim Abad ke-21 atau “Belt and Road” dengan rencana pembangunan ASEAN untuk membangun komunitas China-ASEAN.
Nasir mengunjungi China pada 12-15 April 2018 dan menggelar pertemuan bilateral dengan Wang Zhigang di kantor Kementerian Iptek China di Beijing.
Nasir juga akan bertemu dengan Universitas Tsinghua dann anggota Perhimpunan Pelajar Indonesia di Tiongkok (PPIT) di KBRI Beijing, Jumat.
Menristekdikti melanjutkan kunjungannya ke Chengdu, Provinsi Sichuan, Sabtu (14/4), untuk meninjau Zona Pengembangan Industri Teknologi, Pusat Litbang Kereta Cepat di Xinan Jiaotong University, Pusat Riset dan Pengembangan Panda Raksasa, dan Museum Dufu. (antaranews.com)