“Kalau kita hanya menyampaikan pucuk-pucuknya, obyektifnya, tanpa didukung sumber-sumber hasil riset yang baik, maka sulit sekali akan diterima negara-negara lain,” kata Makarim di Jakarta, Senin.
Karena interpretasi atas gejala dipermukaan bumi ini berbeda-beda, maka ia mengatakan sehingga jika ingin menahan argumen-argumen Indonesia hanya dengan melengkapinya dengan bukti-bukti ilmiah.
Untuk itu, lanjutnya, dirinya setuju jika Indonesia memperkuat dengan riset-riset terkait karbon biru, terlebih lagi Indonesia merupakan negara maritim yang merupakan kekayaannya.
“Jadi kemauan politik kita harus menjawab ini. Apakah setelah ada keberanian menyuarakan karbon biru itu lalu mau bisa membuat aliansi semua kekuatan di Indonesia untuk mendorong mencapai kesepakatan itu,” ujar dia.
Namun terkait dengan kolaborasi yang harus dilakukan dalam memperkuat riset kelautan, Makarim mengingatkan hendaknya dilakukan dengan kerja sama di dalam negeri.
“Platform kita Merah Putih, jadi kepentingan nasional. Tentunya kalau kita kerja sama dengan luar negeri pasti kepentingannya untuk nasional dan mereka,” ujar dia.
Akan lebih baik lagi ia mengatakan jika Indonesia bisa menggunakan kebijakan tersebut untuk memperkuat riset kelautan maka itu semakin baik. (IFR/AntaraNews.com)