JAKARTA – Vaksin eksperimental dirancang untuk melatih kembali sistem kekebalan tubuh melawan virus kompleks penyebab AIDS.
Meskipun sudah melakukan penelitian selama 30 tahun, para ilmuwan belum mampu menciptakan vaksin HIV. Alasannya, virus AIDS cepat bermutasi atau berubah penampilan, sehingga menjadi target yang bergerak bagi pembuat vaksin.
Namun, sebagian kecil orang yang terinfeksi HIV memiliki apa yang dikenal sebagai antibodi yang bisa menetralisir secara luas. Setelah terinfeksi beberapa tahun, sistem kekebalan tubuh seseorang belajar mengenali mutasi virus itu dan meningkatkan produksi antibodi alami yang memblokir HIV walaupun virus itu berubah-ubah.
Para ilmuwan berupaya memanfaatkan potensi antibodi penetralisir secara luas itu dan menggunakan pengetahuan terkait untuk membuat vaksin yang dapat menginduksi antibodi pada manusia untuk melawan virus yang selalu berubah. Dalam kolaborasi skala besar antara sejumlah lembaga, para peneliti telah menciptakan vaksin eksperimental yang bisa memicu tubuh untuk memproduksi antibodi yang bisa menetralisir secara luas.
Percobaan vaksin itu berhasil pada tikus yang memiliki sistem kekebalan tubuh serupa dengan manusia. Pencapaian itu dijelaskan secara serentak pada lima makalah yang diterbitkan secara bersamaan dalam jurnal Cell, Immunity and Science.
“Dalam beberapa makalah itu ditujukkan bahwa pendekatan tersebut berhasil,” kata Frederick Alt, direktur Program Kedokteran bidang Seluler dan Molekuler di Rumah Sakit Anak Boston, yang memimpin penelitian untuk menciptakan tikus model tersebut.
Alt mengatakan pendekatan, yang disebut “vaksinasi berurutan” itu melatih kembali sel-sel B sistem kekebalan untuk mengenali dan membunuh HIV dengan meningkatkan produksi antibodi yang sangat spesifik.
“Vaksin ini mengajar sel-sel B untuk menghasilkan antibodi lebih beragam, dan lebih efektif pada manusia dan akhirnya bisa sampai ke tahap yang lebih netral. Jadi ini baru,” tambahnya.
Karena HIV beredar dalam tubuh manusia dalam berbagai varian yang lolos dari sistem kekebalan tubuh, para ilmuwan berusaha memacu produksi antibodi yang mengenali virus itu dalam segala bentuknya.
Mereka melakukannya dengan protein HIV yang dimodifikasi secara genetika untuk tidak menular. Protein HIV ini merangsang sel-sel sistem kekebalan yang masih muda, disebut prekursor sel-B, untuk menghasilkan antibodi berbentuk aneh. Antibodi, yang dapat mengenali berbagai versi virus AIDS yang bermutasi ini, menempel pada komponen lain sistem kekebalan tubuh yang kemudian mencari dan menghancurkan virus tersebut.
Sejauh ini, para ilmuwan telah merekayasa dua protein untuk memancingsistem kekebalan tubuh. Tikus yang digunakan dalam eksperimen itu menghasilkan antibodi dengan fitur genetik yang banyak kemiripannya dengan antobodi yang bisa menetralisir secara luas.
Karena variasi HIV begitu banyak, maka perlu dilakukan sejumlah vaksinasi. Idealnya, kata peneliti Bill Schief, tidak lebih dari beberapa vaksinasi.
Schief adalah perancang vaksin untuk IAVI, International AIDS Vaccine Initiative, dan termasuk salah satu peneliti yang melaporkan hasil penelitian mereka. Ia menjelaskan, “Pada dasarnya, apa yang berusaha kami lakukan sekarang adalah benar-benar membuat semua berfungsi, untuk membuat vaksin yang akan mengajarkan sistem kekebalan tubuh manusia untuk memproduksi antibodi yang bisa menetralisir secara luas sehingga setelah Anda mendapatkan vaksin … jika Anda terkena virus, Anda akan dilindungi tanpa membedakan virus jenis mana dari puluhan jutaan jenis yang beredar setelah Anda terkena – mudah-mudahan itu tidak masalah, jika kami melakukan pekerjaan kami dengan baik “.
Salah satu immunogen atau protein perangsang akan dicoba dalam uji klinis tahun depan untuk melihat apakah protein itu mengaktifkan sel-sel B sebagaimana dimaksudkan.
Schief menekankan masih terlalu dini untuk mengatakan dengan pasti, tapi penelitian ini bisa mengubah aturan pengembangan vaksin, dan mengalahkan musuh yang tangguh, virus AIDS. (IFR)
Sumber: VOA Indonesia