News

Ilmuwan: Bandung dan Jakarta Bisa Selamatkan 1 Juta Anak Dari Kematian Dini

15 kota di Asia dan Afrika sampai tahun 2100 masing-masing bisa menyelamatkan setidaknya satu juta kematian prematur, jika berhasil mengurangi emisi karbondioksida, kata ilmuwan.

Kota Bandung dan Jakarta dapat menyelamatkan lebih dari satu juta nyawa dari kematian prematur, jika bisa mengurangi polusi udara. Demikian hasil sebuah studi yang dilakukan para ilmuwan AS dan dipublikasikan di situs online jurnal ilmiah Nature Climate Change hari Senin (19/3).

Studi itu menunjukkan, 15 kota di Asia dan Afrika masing-masing bisa menyelamatkan satu juta anak dari kematian dini, jika target pengurangan emisi karbondioksida yang merupakan bagian dari Kesepakatan Paris 2015 bisa dicapai.

Dari 15 kota itu, 11 kota berada di daratan India. Yang berada di luar India hanyalah Bandung, Jakarta, Ibadan di Nigeria dan Dongguan di Cina. Kota metropolitan Kolkata di India bisa menyelamatkan sampai 4,4 juta anak dari kematian dini sampai tahun 2100, demikian disebutkan studi itu, yang menerapkan model komputer di 154 kota besar dunia.

“India saat ini memiliki peraturan kualitas udara yang sangat lemah,” kata Profesor Drew Shindell, gzuru besar di Duke University di negara bagian AS, North Carolina, penulis utama studi ini.

Untuk mencapai kesimpulan itu, para ilmuwan mendata kematian secara tidak langsung yang terkait dengan emisi karbon dioksida. Yaitu partikel mikro dan gas ozon yang terbentuk dengan konsentrasi karbon yang tinggi, kata Shindell kepada kantor berita Reuters.

Target reduksi emisi karbondioksida sulit dicapai

Kematian tersebut biasanya disebabkan oleh penyakit infeksi saluran pernafasan akut dan penyakit kardiovaskular seperti stroke dan kanker paru-paru, kata periset itu.

“Mobil masih memproduksi polusi yang berkaitan dengan partikel dan ozon, juga pembangkit listrik dan kompor untuk masak” lanjutnya.

“Anda melihat asap hitam ketika orang menyalakan pemanas minyak saat musim dingin? Warnanya hitam karena ada partikel,” kata Shindell

Perkiraan para ilmuwan didasarkan pada target ambisius yang ditetapkan negara-negara di Konferensi Iklim Paris, yaitu mengerem kenaikan suhu global di bawah 1,5 derajat Celcius.

Namun menurut draf laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa awal tahun ini, target itu sulit dicapai. Kecuali pemerintahan menerapkan perubahan drastis yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan mengalihkan penggunaan bahan bakar fosil ke bahan bakar berkelanjutan. Menurut prediksi saat ini, peningkatan suhu global sampai tahun 2100 akan berada di atas kesepakatan 1,5 derajat Celsius. (DW INDONESIA)

 

Join The Discussion