News

Hasil Penelitian Pakar Tanah Kementan Diakui Dunia

JAKARTA – Indonesia yang memiliki banyak hasil penelitian di bidang tanah yang diyakini bisa menjadi rujukan untuk penelitian-penelitian lahan pertanian dunia.

“Indonesia merupakan negara terkaya dengan keanekaragaman jenis tanah sehingga tidak diragukan lagi dan banyak hasil temuan penelitian-penelitian yang ditemukan para pakar-pakar tanah kita itu sudah sangat dihargai dunia, terutama FAO yang selalu berikan apresiasi,” kata Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian (Kementan) Syukur Iwantoro dalam siaran pers yang diterima SINDOnews, Rabu (5/12/2018).

Syukur mengatakan, peneliti-peneliti Kementan sudah banyak melakukan kegiatan dan pendampingan terkait pengelolaan tanah ideal kepada petani dan masyarakat umum. Bahkan, banyak peneliti-peneliti berbagai negara menjadikan unit-Unit teknis di bawah Litbang Kementan sebagai wadah untuk berbagi pengetahuan berbagai inovasi dan teknologi seperti teknologi pemupukan, bimtek berbasis lingkungan dan kegiatan penelitian lainnya.

Peringatan Hari Tanah se-Dunia di dalam negeri, lanjut Syukur, setiap tahunnya selalu mendapat sambutan baik dari dunia internasional, utamanya FAO. Karena itu, untuk perayaan tahun depan, Syukur ingin acara ini tidak hanya dihadiri perwakilan dalam negeri tapi juga bisa secara internasional.

“Sehingga nanti kita mendatangkan para pakar tanah dunia dari Belanda, Afrika Selatan, Amerika, kita kumpulkan dan duduk bersama pakar Indonesia. Kita perkenalkan bahwa kalau mau belajar soal tanah Indonesialah tempatnya,” cetusnya.

Sementara itu, Kepala Badan Sumber Daya Lahan Pertanian Dedi Nur Syamsi akui tantangan lahan saat ini adalah mencegah alih fungsi lahan. Menurutnya, alih fungsi ini tidak bisa terelakkan bahkan di semua negara terjadi sebagai imbas tingginya pembangunan baik perumahan, industri, jalan dan seterusnya.

Kementan, kata dia, sudah menyiapkan terobosan untuk antisipasi alih fungsi ini. Pertama, meningkatkan produktivitas tanah yang ada. “Kami sudah punya teknologi Jarwo Super yang bisa sampai 10 ton per ha. Mulai dari varietas dan juga pupuk berimbang, teknologi semua sudah tersedia,” katanya.

Kedua, meningkatkan Indeks Pertanaman. Sawah yang biasanya digarap sekali setahun digarap menjadi dua kali setahun dan seterusnya. Makanya, sejak awal, kata dia, Kementan menggenjot pembangunan infrastruktur pengairan untuk meningkatkan produktivitas sawah dengan membangun ribuan embung, dam, parit dan longstorage.

Yang tidak kalah pentingnya, kata Dedi, adalah optimalisasi lahan pertanian. Kementan, lanjut dia, saat ini fokus mengembangkan lahan irigasi rawa pasang surut dan lebak sebagai solusi mengganti sawah yang hilang akibat pembangunan.

“Tahun 2019 kita akan buka lahan rawa 1 juta ha. Itu semua untuk tingkatkan produksi pangan nasional menuju lumbung pangan dunia 2045. Jadi kita tidak berpangku tangan saja. Kita sebagai penangung jawab penyediaan pangan ada solusi-solusi dan kami optimistis karena punya pakar tanah luar biasa, baik untuk lahan kering maupun basah,” tutupnya. (sindonews.com)

Join The Discussion