Dikutip dari gatra.com, berdasarkan studi terbaru, gaya hidup dapat mencegah risiko Alzheimer. Seseorang yang memiliki garis keturunan demensia, rentan terkena penyakit ini di masa tua.
Upaya untuk mengurangi faktor risiko genetik dapat melalui diet yang baik, olahraga memadai, membatasi alkohol, dan tidak merokok.
Hasil penelitian Alzheimer’s Association International Conference di Los Angeles ini dipublikasikan secara online oleh Journal of American Medical Association.
Peneliti National Institute on Aging AS, John Haaga mengatakan, gaya hidup yang buruk pada keturunan demensia, berpotensi tiga kali lebih besar mengidap penyakit itu.
“Tidak ada yang bisa menjamin Anda akan terhindar dari penyakit mengerikan ini. Tetapi Anda dapat mengurangi resiko mengidap penyakit ini dengan hidup bersih, katanya dilansir dari www.apnews.com, Senin (15/7).
Sekitar 50 juta orang menderita demensia dan penyakit Alzheimer. Gen dan gaya hidup berpotensi menimbulkan penyakit tersebut. Peneliti baru-baru ini telah memiliki alat dan informasi untuk melakukan penelitian besar.
Beberapa tahun yang lalu, sebuah studi menghasilkan, hidup sehat dapat membantu mengatasi risiko genetik untuk penyakit jantung. Sekarang para peneliti menunjukkan hal yang sama berlaku untuk demensia.
Elzbieta Kuzma dan rekan-rekannya di University of Exeter Medical School di Inggris, menggunakan Biobank Inggris untuk mempelajari hampir 200.000 orang yang berusia 60 tahun ke atas tanpa tanda atau gejala demensia pada awalnya.
Risiko genetik mereka diklasifikasikan sebagai tinggi, sedang, hingga rendah berdasarkan faktor yang memengaruhi demensia. Mereka juga dikelompokkan berdasarkan faktor gaya hidup.
Setelah sekitar delapan tahun penelitian, 1,8% dari mereka dengan risiko genetik tinggi dan gaya hidup yang buruk telah mengembangkan demensia dibandingkan 0,6% dari orang-orang dengan risiko genetik rendah dan kebiasaan sehat.
Di antara mereka dengan risiko genetik tertinggi, lebih dari 1% dari mereka yang memiliki gaya hidup yang baik menderita demensia dibandingkan dengan hampir 2% dari mereka yang memiliki gaya hidup yang buruk.
Para peneliti hanya memiliki informasi tentang orang-orang keturunan Eropa, sehingga tidak diketahui apakah hal yang sama berlaku untuk kelompok ras atau etnis lain.