Dikutip dari beritasatu.com, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menggandeng perguruan tinggi di 34 provinsi untuk meningkatkan kualitas penelitian di bidang kependudukan, KB dan pembangunan keluarga. Ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepakatan Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan BKKBN, Rizal Damanik, dengan Ketua Forum Rektor Indonesia, Yos Johan Utama, Senin (1/7).
Rizal menjelaskan, BKKBN yang memiliki unit kerja di 34 provinsi merasa perlu untuk bekerja sama dengan seluruh perguruan tinggi baik negeri maupun swasta.
Menurut dia, begitu banyak aspek yang harus diteliti sehingga BKKBN perlu bermitra dengan perguruan tinggi yang dianggap paling kompeten dalam melakukan penelitian. Perguruan tinggi akan memberikan rekomendasi yang independen dengan sudut pandang dari pengamat, pemerhati dan masyarakat tentang program kependudukan, KB dan pembangunan keluarga yang dikelola oleh BKKBN.
Adapun aspek kerja sama ini meliputi peningkatan kualitas tenaga fungsional di BKKBN serta hasil penelitian dalam bidang kependudukan, KB, dan pembangunan keluarga. Dari aspek peningkatan kualitas tenaga fungsional, diharapkan kerja sama ini bisa membantu tenaga BKKBN untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang lebih tinggi. Termasuk meningkatkan kualitas Petugas Lapangan KB (PLKB) yang jumlahnya sekitar 14.000 orang.
Sementara dari aspek penelitian, BKKBN dan perguruan tinggi akan melakukan penelitian bersama-sama dengan menggunakan anggaran penelitian BKKBN yang total secara nasionalnya mencapai sekitar Rp1 miliar per tahun.
“Dengan anggaran penelitian yang ada di BKKBN, kita akan efisienkan dengan melakukan penelitian bersama-sama perguruan tinggi,” kata Rizal.
Ia menambahkan, dalam bidang kependudukan, penelitian difokuskan pada misalnya migrasi penduduk dan perkawinan usia anak. Dari sisi KB, penelitian dilakukan untuk mengetahui sejauh mana efikasi dari alat kontrasepsi. Misalnya, meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi akseptor di daerah pesisir lebih banyak menggunakan alat kontrasepsi implan dibanding akseptor yang tinggal di daerah pegunungan. Sedangkan dari sisi pembangunan keluarga, contohnya meneliti status gizi keluarga termasuk balita pendek atau stunting.
Penelitian di bidang kependudukan, KB dan pembangunan keluarga ini penting dilakukan di seluruh daerah untuk mengidentifikasi persoalan di lapangan guna menghasilkan intervensi yang tepat sasaran.
“Dengan kerja sama ini kami harapkan penelitian mengenai kependudukan, KB dan pembangunan keluarga jauh lebih tajam karena dilihat dari segala aspek,” kata Rizal.
Selain itu, lanjut Rizal, kerja sama penelitian ini diharapkan lebih dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Selama ini, banyak penelitian dilakukan BKKBN, namun hasilnya hanya sebatas ditindaklanjuti dengan berbagai program yang dibuat. Belum ada hasil penelitian yang dipublikasikan di jurnal ilmiah. Mulai 2017, semua penelitian di BKKBN wajib dipublikasikan di jurnal ilmiah nasional agar bisa diakses oleh masyarakat Indonesia maupun internasional.