Permainan digital tentang tiang listrik yang membuat penasaran pengguna ponsel pintar ternyata buatan dua anak muda dari Yogyakarta.
Sejak diluncurkan Jumat (17/11) hingga Minggu (19/11) pukul 09.00 WIB , 120 ribu pengguna telah mengunduh game yang memarodikan kecelakaan tersangka kasus korupsi e-KTP Setyo Novanto ini.
Frida Dwi (32) dan Estu Galih (30) membuat gane “Tiang Listrik” hanya dalam waktu tujuh jam.
“Ide membuat game “Tiang Listrik” muncul saat tiang listrik menjadi trending topic di media sosial pada Kamis (16/11) malam,” kata Frida saat ditemui wartawan di Semesta Cafe, Sleman, DI Yogyakarta, Minggu (19/11).
Saat itu, Setya mengalami kecelakaan karena mobil yang dinaikinya menabrak tiang listrik. Ketua DPR dan Ketua Umum Partai Golkar itu dilarikan ke rumah sakit. Namun, warganet merespon kejadian tersebut secara jenaka, antara lain memberi perhatian pada tiang listrik.
Frida menyatakan, saat dirlis pertama kali game ini tidak memiliki suara karena mengejar target rilis agar tidak didahului programer lain. Setelah rilis, Frida membenahi beberapa bagian.
“Pembenahannya seperti memasukkan suara dan bugs fixing atau memperbaiki yang error,” kata Frida yang membuat game sejak 2007 ini.
Game ini dibuat sederhana dengan menggunakan dua scene untuk melakukan coding dan mendesain visualnya.
Game Tiang Listrik hanya bisa diunduh dari ponsel pintar yang menggunakan sistem operasi Android. Sebab jika dibuat untuk sistem IOS perlu verifikasi yang memakan waktu tiga hari.
Bukan sekadar permainan, menurut Frida, game ini juga bermanfaat sebagai riset dan kajian untuk mengetahui dinamika game yang dibuat berdasarkan momentum dan mengetahui berapa lama bisa bertahan. Hasil riset akan dibagikan ke komunitas pengembang game “Gamelan” di DI Yogyakarta.
“Sebagai riset pemasaran, jadi bisa menjadi acuan teman-teman komunitas yang ingin membuat game profesional tapi minim anggaran promosi,” kata Frida yang juga pendiri komunitas Gamelan ini.
Riset pemasaran penting bagi komunitas karena persaingan di pasar game ponsel semakin berat. Menurut Frida, dulu belum ada perusahaan besar yang bermain di ranah ini. “Tapi sekarang potongan kue di bidang ini semakin kecil,” kata lulusan D1 jurusan Desain Grafis ini.
Frida menganggap peluang industri game menjanjikan. Bermula dari iseng, game buatannya ternyata laku dijual.
“Saya memutuskan pindah ke Jogja karena saat itu tidak ada teman diskusi soal game. Saya tahu di Jogja. penggiat game relatif aktif dan banyak. Saat ini ada sembilan studio game yang terpantau dan ratusan game developer,” kata mantan desainer kaus di Bali ini.