JAKARTA —Ekonom dan Lembaga Bentuk Wadah Riset Independen, IBERagar perekonomian Indonesia bisa terhindar dari dampak negatifnya.
Berbagai kebijakan sejumlah negara membuat sistem perdagangan global tengah terancam dan risiko di sektor keuangan meninggi. Semua ini akan menguji kemampuan pengelolaan kebijakan setiap negara, terutama di kawasan Asia, termasuk Indonesia.
Menghadapi tantangan tersebut sejumlah fakultas ekonomi, lembaga riset dan ekonom terkemuka hari ini (Jumat 26/6) mengadakan pertemuan di Jakarta dan sepakat untuk membentuk wadah (platform) untuk riset independen dalam rangka memberi dukungan terhadap otoritas kebijakan dan pelaku ekonomi dalam menghadapi semakin tingginya risiko perekonomian Indonesia dalam menghadapi situasi global ke depan.
Wadah yang diberi nama Indonesia Bureau of Economic Research (IBER) akan menjadi wadah untuk jaringan ekonom yang melakukan berbagai riset dan kajian strategis untuk mendukung kebijakan publik Indonesia ke depan yang kian penuh tantangan.
“Di dukung oleh 13 perguruan tinggi dan institusi terpandang, IBER merupakan perwakilan jaringan para ekonom untuk membangun platform baru yang inovatif dalam analisis kebijakan publik,” kata Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas, Dr. Bambang Brojonegoro, saat menyaksikan peluncuran IBER kemarin, di Jakarta.
Sedangkan Ketua Dewan Pembina IBER, Professor Boediono (Wakil Presiden RI 2009-2014 dan saat ini FEB UGM), “Saya harap IBER bisa menjadi wadah untuk meningkatkan kapasitas riset ekonomi di Indonesia yang berbasis pengujian konsep dan empiris (evidence based) dan dapat memberi masukan kepada pengambil kebijakan ekonomi.”
Pada kesempatan yang sama, Professor Ari Kuncoro, Dekan FEB UI juga menyampaikan “Wadah ini dimulai oleh 13 Fakultas Ekonomi di berbagai universitas dan lembaga penelitian, namun ditujukan untuk menjadi jaringan yang lebih luas untuk para ekonom, termasuk ekonom muda, yang berkeinginan melakukan riset yang indepen, bermutu dan relevan untuk kebijakan ekonomi. IBER juga akan bermitra dengan Pemerintah antara lain Kementerian Keuangan, Bappenas, Kementerian Perdagangan dan BPS.”
Bersamaan dengan peluncuran tersebut, IBER juga menyelenggarakan konferensi dengan tema
“Indonesia and The Response to an Uncertain Gobal Order” atau “Respons Indonesia terhadap Ketidakpastian Ekonomi Global”. Di bagi dalam dua panel masing-masing dengan topik International Economic Policy Priorities: Managing Trade and Financial Risks” yang dipimpin oleh Prof. Peter Drysdale dari Australian National University (ANU) dengan pembicara Dr. Shiro Asmtrong dari Australian University (ANU), Adam Triggs (ANU dan Brooking Institution), Prof Dr. Mari Elka Pangestu (Menteri Perdagangan 2004-2011 dan Pengajar FEB-UI). Panel kedua dengan topik “National Economic Policy Priorities in a Post-Trump World” dipimpin oleh Dr. Chatib Basri (pengajar FEB UI) dengan pembicara Dr.Yose Rizal (CSIS), Tri Widodo (FEB UGM), Febrio Kacaribu (FEB UI), dan Dr. Arief Anshory Yusuf (Center for Sustainable Development UNPAD). (TRIBUNNEWS.COM)