MANILA – Ditengah memanasnya isu di Laut Cina Selatan, Presiden Filipina Rodrigo Duterte secara pribadi justru membuat keputusan untuk membiarkan China melakukan penelitian ilmiah di lepas pantai Filipina, hal itu disampaikan juru bicara Presiden Filipina tresebut Harry Roque, meskipun menurut Roque ada kekhawatiran di kalangan pengamat tentang ancaman terhadap kedaulatan maritimnya, hal itu disampaikan Roque pada Senin 15/1.
Roque mengatakan, sebagai arsitek utama kebijakan luar negeri, Duterte mengizinkan China untuk bekerja dengan Universitas Filipina di Benham Rise, sebuah wilayah yang seukuran Yunani dan diyakini oleh beberapa ilmuwan sebagai wilayah yang kaya sumber daya alam termasuk keanekaragaman hayati dan tuna. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengukuhkan Benham Rise, di lepas pantai Pasifik, bagian dari landas kontinen Filipina pada 2012. Manila tahun lalu menamainya “Philippine Rise”.
Meskipun China tidak mengklaim daerah tersebut, kehadiran kapal-kapalnya selama beberapa bulan sejak akhir 2016 memicu kekhawatiran tentang niatnya.
Filipina yang memberikan izin ke China tidak diumumkan secara resmi dan diumumkan beberapa hari yang lalu oleh seorang anggota parlemen yang sangat kritis terhadap hubungan dekat Duterte dengan Beijing.
Filipina dan China memiliki sejarah panjang tentang pertikaian maritim mengenai kedaulatan di Laut Cina Selatan, namun tidak ada ketidaksepakatan mengenai perairan di lepas pantai Pasifik Manila.
Roque mengatakan, jika ada orang yang menentang proyek penelitian tersebut, maka bisa dibahas di Kongres dan mengangkat isu tersebut di sana.
“Jika ini bukan langkah bijak presiden, maka undang-undang bisa diberlakukan untuk melarangnya,” katanya.
Filipina akan memberikan izin ke negara lain yang mungkin menunjukkan minat untuk melakukan riset maritim di Benham Rise, tambahnya. (MSR/channelnewsasia.com)