News

DRN Diminta Lakukan Koordinasi Riset

Dikutip dari koran-jakarta.com, anggota Dewan Riset Nasional (DRN) masa bakti 2019–2022 yang baru di­kukuhkan diminta melakukan koordinasi riset, Lembaga Pe­merintah Non Kementerian (LPNK) yang melakukan riset­nya.

“Jadi, nanti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Pene­rapan Teknologi (BPPT), dan lembaga lainnya yang melaku­kan eksekusi untuk risetnya,” kata Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Men­ristekdikti), Mohamad Nasir, usai melantik anggota DRN, di Jakarta, Kamis (4/7).

Hal tersebut, kata Nasir, akan dijabarkan dalam peraturan presiden tentang Rencana In­duk Riset Nasional (RIRN). Tu­juannya agar penelitian yang dilakukan terkoordinir dengan baik dan tidak melakukan riset sesuai dengan keinginan sen­diri.

Nasir juga meminta DRN untuk melakukan koordinasi riset-riset yang ada di setiap ke­menterian. “Tanpa ada koordi­nasi yang baik, maka optimali­sasi riset sulit akan dicapai,” katanya.

Selain tiu, lanjutnya, DRN diminta memetakan riset-riset dasar yang memiliki potensi menjadi inovasi, sehingga DRN bisa menghubungkan hasil-ha­sil riset dengan industri.

Ke depan, kata Nasir, akan ada badan yang mengelola riset yang menaungi lembaga-lembaga riset di kementerian. Saat ini penerapannya, belum bisa dilakukan karena masih menunggu Undang-Undang Sistem Nasional Ilmu Penge­tahuan dan Teknologi (UU Sis­nas Iptek), yang masih dibahas oleh DPR.

“Kami berharap segera di­sahkan dan bisa diterapkan da­lam waktu dekat. Target kami bisa selesai pada Juli ini,” kata­nya.

Badan yang menaungi riset tersebut rencananya akan di­namakan Badan Riset Nasional (BRN). Nasir mengusulkan agar Menristekdikti sendiri yang menjadi kepala BRN nantinya.

Makin Meningkat

Dalam kesempatan tersebut, Menristekdikti berharap de­ngan anggota DRN yang baru, riset akan semakin meningkat. Begitu juga dengan inovasinya, semakin bertambah sehing­ga bisa memberi nilai tambah pada ekonomi Indonesia.

“Kami minta anggota DRN untuk memikirkan bagaimana iklim riset dan inovasi bisa ter­wujud di Indonesia,” kayanya.

Dia memberikan catatan beberapa hal perlu dipikirkan yakni di bidang pangan dan pertanian, bagaimana bisa swasembada pangan dan betul-betul dirasakan masyarakat. Kemudian di bidang kesehatan dan obat-obatan, perlu ada in­ovasi sehingga masyarakat bisa merasakan manfaatnya. Selan­jutnya, bidang telekomunikasi yang sangat penting perannya pada era ini. “Di bidang per­tahanan, kita harus bisa me­ngembangkan teknologi perta­hanan yang kuat,” katanya.

Selanjutnya, untuk bidang bencana yang perlu diperhati­kan adalah bagaimana menge­lola bencana. Sehingga korban akibat bencana bisa berkurang bergitu juga dengan penangan­annya harus lebih baik lagi. Bi­dang selanjutnya yakni bidang humaniora, pendidikan dan budaya. “Jangan sampai per­tumbuhan teknologi menga­cak-ngacak budaya kita,” pung­kasnya.

Join The Discussion