News

Dana Riset Indonesia Idealnya Rp 150 Triliun

Dikutip dari jawapos.com, Kepala Lembaga Bantuan Teknologi Prasetyo Sunaryo menilai anggaran riset di Indonesia saat ini masih kecil. Dia berharap, pemerintahan baru nanti (2019-2024) bisa memprioritaskan urusan riset. Sehingga Indonesia semakin siap untuk bersaing menjadi negara maju.

Dia menuturkan kinerja suatu bangsa dipengaruhi tiga faktor. “Pertama kinerja ekonomi makro. Ini sudah jadi perhatian selama ini,” katanya di Jakarta Kamis (20/6).

Berikutnya adalah kinerja kualitas penyelenggaraan negara atau good governance. Dan yang ketiga adalah perkembangan tingkat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).

Menurut Prasetyo penguasaan dan perkembangan iptek tidak bisa lepas dengan dana riset. Dia mengungkapkan bahwa saat ini dana riset di Indonesia masih 0,3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), atau sekitar Rp 30 triliun.

“Idealnya dana riset di Indonesia Rp 150 triliun,” katanya.

Dana riset tersebut setara dengan 1,5 persen PDB Indonesia. Menurut Prasetyo, persentase terebut sudah cukup baik, apalagi jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya.

Dia mencontohkan dana riset di Malaysia sebesar 1,3 persen dari PDB mereka. Kemudian di Singapura sudah mencapai 2,6 persen PDB. Lalu di Korea Selatan dan Jepang masing-masing 4,6 persen dan 3,5 persen dari PDB.

Prasetyo berharap pemerintah mendatang memberikan prioritas kepada anggaran dana riset. Menurut dia kegiatan riset dan pengembangan ke depan terdiri dari tiga bidang. Bidang pertama adalah program penelitian untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia.

Kemudian bidang kedua adalah sistem produksi nasional yang perlus diupayakan penggunaan teknologi mutakhir. Lalu bidang ketiga adalah peningkatan kualitas SDM yang mampu melakukan optimalisasi disusaikan dengan kemajuan industri 4.0 yang sedang berjalan saat ini. Seperti teknologi otomatisasi, robotika, big data, dan internet of thing.

“Sebagai awal-awal tidak perlu yang tinggi-tinggi seperti teknologi pesawat terbang atau satelit. Tetapi yang terkait dengan kebutuhan dasar manusia” contohnya adalah tenologi di bidang pangan, air bersih, dan sejenisnya.

Dia mengatakan teknologi harus mampu menjadi solusi atas persoalan di masyarakat. “Kalau belum mampu menjawab persoalan, itu ilmu pengetahuan,” pungkasnya.

Join The Discussion