PEKANBARU — Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Riau akan mengembangkan tiga produk olahan dari komoditas sagu diantaranya seperti beras analog, mie sagu, dan gula cair. Balitbang bekerjasama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi telah mengembangkan beras analog, mie instan, dan gula cair.
“Ke depan akan dikembangkan lagi siapa yang memproduksi dan yang melaksanakannya,” kata Kepala Balitbang Riau, Arbaini, belum lama ini.
Selain itu, pihaknya juga akan melakukan pembinaan dan pelatihan bagi Usaha Kecil Menengah untuk bisa memproduksi sendiri. Saat ini, kata dia, pembinaan tersebut sudah ada di daerah sentra produksi di Riau yakni Kabupaten Kepulauan Meranti. Arbaini berharap dengan adanya deklarasi sagu dari gubernur, dan Sagu Riau menyapa dunia, semua tergerak mambantu menyebarluaskan sagu ini.
Hal tersebut dikatakannya saat mengundang peneliti sagu Bambang Haryanto ke Balitbang Riau. Dalam kesempatan itu, peneliti itu mengapresiasi Riau canangkan Sagu menyapa dunia, tapi diminta lebih membumi dan tidak sekedar slogan saja.
Dia memaparkan Sagu sebagai dalah satu pangan lokal mendapat perhatian khusus. Sagu dinilai menjadi alternatif karena bisa mendukung program keanekaragaman konsumsi. Saat ini pangan masih didominanasi konsumsi beras yang mencapai 114 Kg per kapita atau 29 juta ton per tahun.
“Sentra produksi beras juga semakin habis setiap tahun yang berkurang 120 hektare beralih fungsi. Tapi 98 persen masyarakat Indonesia makan beras,” ungkapnya.
Selain itu, makan terlalu banyak beras ditambah dengan lauk juga mempengaruhi kesehatan. Kaitannya dengan sagu karena luar biasa sagu menyediakan karbohidrat yang mana terbesar dibanding tanaman lain. Sagu juga tahan hujan dan kemarau, sedikit perawatan, bisa menghasilkan 10 ton per hektare per tahun.
“Kalau padi tiga kali setahun bila baik rata-rata 2-3 ton per hektare per tahun, dan jagung ton ton tapi lebih banyak untuk keperluan ternak,” ujar dia. (IFR/Republika)