News

BIN Gandeng ITB Kerja Sama di Bidang Riset dan Intelijen

Badan Intelijen Negara membuat nota kesepahaman bersama Institut Teknologi Bandung. Keduanya berkomitmen dalam bidang pengembangan sumber daya manusia, riset inovasi, dan manajemen di bidang teknologi intelijen.
 
Kepala BIN Budi Gunawan menuturkan, ITB dan BIN perlu berkolaborasi sebagai pilar sistem inovasi nasional. Menurutnya, BIN harus mulai memasuki era intelijen 3.0, dengan menerapkan technology intelligence, seperti halnya Central Intelligence Agency (CIA) yang bekerja sama dengan MIT (Massachusetts Institute Technology).
 
“Pola intelijen klasik berupa human intelligence semata sudah tidak bisa lagi menjawab tantangan zaman. Saatnya BIN mulai memasuki era intelijen 3.0, dengan menerapkan technology intelligence. Kampus papan atas di bidang teknologi adalah tulang punggung lembaga intelijen di berbagai negara maju,” ujar BG, sapaan Budi, saat memberikan kuliah umum di hadapan 800 mahasiswa, di Gedung Aula Timur Kampus Ganesha ITB, dalam keterangan pers yang diterima kumparan (kumparan.com), Rabu (31/1).
 
Budi berujar, alasan kedatangannya ke ITB kali ini, lantaran melihat hubungan kerja sama ITB dan BIN yang cukup strategis. Selain itu, BG menilai, Kampus ITB memiliki SDM yang mumpuni, baik di tingkat mahasiswa maupun pengajar.
 
“Beberapa teknologi yang ada di ITB bisa membantu mengatasi fenomena Cyber War yang berpotensi mengoyak bangsa ini dan menimbulkan konflik vertikal dan horizontal. Selain itu, teknologi drone radar, nuklir, biologi, dan kimia yang dikembangkan di ITB juga sangat berguna untuk keperluan intelijen dan keamanan bangsa ini,” tuturnya.
 
Selain pengembangan produk, BIN-ITB juga bekerja sama membangun pelatihan pengembangan SDM. Pelatihan ini dilakukan untuk meningkatkan kapasitas dan kesiapan sumber daya di BIN dalam berbagai aspek, termasuk teknologi siber, organisasi, dan big data analysis.
 
Dalam pemaparannya, BG juga menyampaikan contoh perkembangan teknologi yang sedang ramai dibicarakan di dunia, seperti cryptocurrency, financial technology, dark web, bots, dan cyber attack. Selain itu, BG juga memaparkan tentang sejumlah konsep dan data terkait dinamika global dan arah perubahan dunia.
 
Menurutnya, Konsep “The Six Ds” (digitized, deceptive, disruptive, demonetized, dan dematerialized) menggambarkan bagaimana perkembangan teknologi menjadi driver utama dari perubahan tatanan dunia, termasuk di Indonesia.
 
Di acara kali ini, Tim ITB juga melakukan demonstrasi inovasi teknologi berupa drone (UAV) dan big data analysis. Mereka berhasil mengembangkan teknologi drone radar yang mampu mendeteksi aktivitas penyadapan pada suatu lokasi tertentu secara akurat.
 
Kazee intelligent sebagai produk dari big data analisys yang dikembangkan ITB mampu memprediksi adanya potensi ancaman yang dimungkinkan muncul akibat dinamika sosial, budaya, ekonomi, politik, termasuk potensi ancaman ke depan, juga maraknya peredaran berita bohong (hoax). (KUMPARAN.COM)

Join The Discussion