News

Bangun Dunia Riset Indonesia, Contohlah BJ Habibie

VIVA – Iklim inovasi Indonesia menjadi sorotan para peneliti dari berbagai kampus yang menghadiri Forum Group Discussion di Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya, Jawa Timur. Peneliti menyampaikan keluh kesahnya, mulai minimnya dana riset sampai nasib hasil karya mereka yang hanya mentok pada purwarupa dan temuan mereka tak bisa dimanfaatkan lebih lanjut.

Menanggapi sejumlah keluhan yang disampaikan para peneliti tersebut, Anggota Komisi XI DPR, M. Romahurmuziy mengakui saat ini banyak kendala yang dihadapi oleh dunia riset dan ilmu pengetahuan Indonesia.

Ia mencontohkan, belum adanya fokus penelitian yang digariskan pemerintah agar produk yang dihasilkan bisa dimanfaatkan dengan maksimal. Padahal, dengan lebih fokus pada sejumlah faktor tertentu yang dianggap strategis akan bisa meningkatkan daya saing penelitian Indonesia.

Sejumlah negara, menurutnya, saat ini sudah menentukan fokus sektor yang akan mereka garap lebih serius. Di Amerika Serikat misalnya, pada masa awal pemerintahan Presiden Bill Clinton, ia mengumpulkan puluhan pakar di lintas bidang. Mereka berdiskusi untuk menentukan sektor yang perlu digarap lebih serius agar AS tetap memimpin dunia di masa depan.

Akhirnya, pada saat itu mereka menentukan tiga hal yaitu Teknologi Informasi (TI), bioteknologi dan energi. Tiga hal ini menjadi garapan paling serius dibanding bidang-bidang lainnya.

“Saat ini semua perusahaan besar TI yang ada dunia berada di Amerika Serikat. Ini bukan terwujud begitu saja,” kata Rommy dalam keterangannya, Senin, 9 April 2018.

Langkah yang dilakukan pemerintah Negeri Paman Sam, menurutnya, bisa dilakukan di Indonesia. Para peneliti dan pemerintah bisa perlu mengidentifikasi sektor apa yang bisa digarap lebih serius agar dalam negeri mempunyai keunggulan. Sebab tidak mungkin satu negara unggul di semua bidang.

“Sangat mungkin bangsa ini mempunyai keunggulan dan spesialisasi yang tidak dimiliki bangsa lain,” ujar politikus yang menjabat Ketua Umum PPP tersebut.

Selain itu perlu juga keberpihakan pemerintah kepada dunia penelitian, yang mana bisa menjadi pembeda dan penentu bagi perkembangan teknologi Indonesia. Rommy mencontohkan, Bacharuddin Jusuf Habibie, baik saat menjadi Menristek, terlihat ia memperlihatkan keberpihakannya. Sehingga banyak industri strategis yang bermunculan dan mempunyai kualitas yang bagus.

Namun keberpihakan itu juga perlu ditopang oleh undang-undang yang sebagai landasan. Sebab, jika sebuah program hanya bertumpu pada orang, maka program itu bisa hilang seiring berakhirnya masa kekuasaan seseorang.

“Kalau tidak punya kekuasaan itu tidak ada gunanya. Insinyur juga perlu jadi penguasa,” ujar Rommy.(viva.co.id)

Join The Discussion