News

Balitbang Diklat Kemenag Kerja Sama Riset dengan Lebanon

JAKARTA – Kepala Badan Litbang dan Diklat (Kabalitbangdiklat) Kemenag RI Abdurrahman Mas’udmenerima kunjungan asal Lebanon, Dr Syekh Sa’ad al-Ajouz. Mas’ud menyatakan bahagia sekali bertemu Ketua Dewan Urusan Hubungan Luar Negeri di Global University Beirut, Lebanon ini.

Indonesia dan Lebanon, kata Mas’ud, sama-sama menghadapi persoalan pemahaman yang tatharrruf. Padahal Nabi sebagai pemimpin yangg humanis dan pluralis. “Kami di Kemenag, khususnya di Balitbang Diklat memiliki program tentang keulamaan. Sekarang ini lagi disiapkan Halaqah Ulama Internasional,” ungkapnya.

Di Jawa, lanjut Mas’ud, terkenal para Wali Songo sebagai mujahidun dan pendakwah. Di Kudus, misalnya, betapa bijaknya pendiri kota Kudus, yakni Sunan Kudus, untuk menghormati ajaran Hindu yaitu tidak memotong sapi hingga sekarang padahal itu dihalalkan dalam Islam. “Ini dalam rangka menghormati pihak lain,” tandasnya.

Mas’ud menambahkan, menara masjid Kudus juga dijaga hingga sekarang sebagai simbol hubungan antarperadaban. “Kalau saya simpulkan bahwa guru kami umat Islam Indonesia itu Rasulullah sebagai uswah hasanah. Tak hanya bagi kami, tapi juga umat Islam sedunia. Tapi bagi kami umat Islam Indonesia ada kelanjutannya. Jadi nggak langsung Nabi Muhammad,” ujarnya.

Setelah Rasulullah, lanjut Mas’ud, ada para sahabat, tabi’in, tabi’it tabi’in. Lalu ada ulama salaf (madzahib al-arba’ah). “Jadi, setelah Rasulullah, ada Wali Songo. Mereka ini sebagai filter bagi bagi umat Islam Indonesia. Dari Walisongo lalu dilanjutkan para ulama Nusantara yang memiliki karya kitab luar biasa. Model uswah hasanah yang luar biasa inilah yang dilembagakan dunia pesantren,” tandasnya.

Menurut dia, merekalah yang disebut ulama Nusantara. “Kiblatnya tetap Nabi Muhammad. Tapi kita juga mempunyai kiblat berikutnya, yakni Wali Songo. Mereka mengajarkan kebijakan dan kebajikan. Inilah yang tidak dimiliki negara lain,” ujarnya.

Mas’ud menambahkan, tentang keislaman di Lebanon pihaknya juga memiliki kesepahaman pemikiran tentang Islam rahmatan lil ‘alamin. “Kami bersyukur karena pihak luar sebagai peneliti menyebut kami sebagai the Smiling Islam, atau Islam yg tersenyum. Dan itu untuk memperjuangkan NKRI kami, dan memperteguh kearifan lokal,” ujarnya bangga.

Senada dengan Mas’ud, Syekh Lebanon mengatakan bahwa dulu Rasulullah juga memerangi pihak-pihak yang salah paham. Namun dengan cara-cara persuasif dan mengedepankan kedamaian, bukan kekerasan.

“Kaum Ahlussunnah wal Jama’ah sebagai kaum muslim mayoritas yang membawa peradaban Islam dari generasi ke generasi. Islam adalah agama moderat, bukan agama radikal,” ujar Syekh Sa’ad.

Syekh asal Lebanon ini menambahkan, kaum radikal membawa paham mereka ke seluruh dunia dengan nama yang berbeda-beda. Oleh karena itu, para tokoh masyarakat wajib mengingatkan mereka tentang bahaya paham radikal.

Di Beirut, lanjut Sa’ad, ada orang yang membajak karya ulama lalu diganti dengan ideologi radikal. Pihaknya merasa perlu melakukan tashih. Jika tidak, bukan tidak mungkin masyarakat pembaca bisa tersesat lantaran ajaran tersebut.

Kerjasama antarlembaga
Syekh Sa’ad yang didampingi Lukman Hakim Syarwi, penerjemah yang juga mahasiswa S2 asal Indonesia di Lebanon, menyatakan berharap adanya kerja sama antara kedua belah pihak di bidang penanggulangan paham ekstrem tersebut.

Abdurrahman Mas’ud pun sepakat untuk melibatkan para peneliti dari kampus Global University Beirut dalam setiap riset keagamaan yg diadakan oleh Badan Litbang dan Diklat. Dalam waktu dekat, pihaknya akan melakukan kunjungan resmi ke Lebanon guna mempererat hubungan antara kedua belah pihak.

“Kapan aja nanti segera kami tindaklanjuti. Banyak yang bisa dikerjasamakan. Ini serius. Apalagi kami sudah punya lembaga yaitu Pusat Kajian Islam Internasional,” tandas Mas’ud usai pertemuan.

Sementara itu, Lukman Hakim Syarwi selaku penerjemah ketika dimintai keterangan mengungkapkan kegembiraannya bisa menjembatani pertemuan tersebut. “Saya melihat ada hal baik yang bisa dikerjasamakan antara Kepala Balitbang Bapak Abdurrahman Mas’ud dengan Syekh Sa’ad selaku dewan urusan hubungan luar negeri di Global University,” ujarnya.

Dari situ, lanjut Lukman, ia ingin menemukan kedua belah pihak. “Semua demi kebaikan umat. Dan memang, beliau maunya saya dampingi selaku guide dan penerjemah selama di Indonesia. Kalau Pak Dur sendiri, beliau memang kiai saya,” ujar alumnus Madrasah Qudsiyyah Kudus ini bangga.

Dalam menyambut tamu dari mancanegara tersebut, Mas’ud didampingi Kabid Litbang Pendidikan Formal Dr. Nuruddin dan KH. Abdullah Syarwani, mantan Duta Besar RI untuk Lebanon. (IFR)

Join The Discussion