JAKARTA –
Bagian terluar Matahari yang tidak terlihat dengan mata telanjang memiliki sebuah misteri yang sangat luar biasa. Untuk pertama kalinya, para ilmuwan telah dapat secara akurat mengukur rotasi inti Matahari.
Dilansir dari Sciencealert.com, Kamis (3/8/2017), hasil penelitian menunjukkan bahwa Matahari tidak berputar pada kecepatan yang sama dengan Bumi. Ternyata Matahari berputar 4 kali lebih cepat dari Bumi.
Sementara para peneliti telah mempertimbangkan kemungkinan bahwa rotasi inti Matahari mungkin tidak mengimbangi bagian terluarnya. Sampai sekarang tidak ada cara untuk mengetahui dengan pasti hal tersebut.
Banyak orang beranggapan bahwa keseluruhan Matahari berotasi seperti komedi putar. Namun data terbaru yang bersumber dari ESA (European Space Agency) dan NASA Solar and Heliospheric Observatory (SOHO) memberikan bukti pertama dari jenis gelombang gravitasi frekuensi rendah yang bergema melalui Matahari yang ternyata menjadi kunci utama menangkap rotasi inti.
“Kami telah mencari gelombang G yang sulit dipahami ini di Matahari selama lebih dari 40 tahun, dan walaupun usaha sebelumnya telah mengisyaratkan adanya pendeteksian, tidak ada yang pasti,” ujar Astronom Eric Fossat di Observatorium Côte d’Azur di Prancis.
Sampai sekarang, para ilmuwan telah mampu mengukur gelombang frekuensi tinggi. Dengan menggunakan data pengamatan SOHO selama 16 tahun, para peneliti dapat mengisolasi sejenis gelombang G yang disebut mode G.
Dengan menganalisis berapa lama gelombang suara yang dibutuhkan untuk berjalan melalui Matahari dan kembali ke permukaan lagi. Tercatat waktu yang dibutuhkan diperkirakan selama 4 jam 7 menit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa inti Matahari berputar penuh sekira sekali per minggu, yang hampir 4 kali lebih cepat dari permukaan Matahari dan lapisan lainnya. Putaran tersebut bervariasi yaitu, sebanyak 25 hari di khatulistiwa dan 35 hari di kutub.
“Ini tentu merupakan hasil terbesar SOHO dalam dekade terakhir, dan salah satu dari penemuan top sepanjang SOHO,” ungkap Bernhard Fleck, ilmuwan proyek SOHO dari Pusat Penerbangan Antariksa Goodard NASA. (IFR/Riauaktual.com)