LUBUKBASUNG — Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) mengusulkan lokasi tumbuhnya bunga Rafflesia di Hutan Cagar Alam Maninjau, Kabupaten Agam, sebagai pusat penelitian bunga langka itu ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
“Kami segera mengusulkan kawasan itu ke Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia dalam waktu dekat,” kata Kepala Seksi Wilayah I BKSDA Sumbar Khairi Ramadhan di Lubukbasung, Senin (8/1).
Pengusulan Cagar Alam Maninjau sebagai pusat penelitian karena jenis bunga Rafflesia yang ada di lokasi itu belum ditemukan di kawasan lain di Indonesia, Malaysia maupun Filipina. Berdasarkan keterangan ahli bunga Rafflesia dari Universitas Bengkulu, Agus Susatya, jenis Rafflesia di kawasan Cagar Alam Maninjau tidak ditemukan di Indonesia, Malaysia maupun Filipina. Tetapi bunga tersebut hampir menyerupai bunga Rafflesia tuan-mudae di Malaysia.
Namun setelah diuji di laboratorium, hasilnya tidak sama dengan Rafflesia tuan-mudae. Besar kemungkinan Rafflesia di Hutan Cagar Alam Maninjau itu jenis baru, dan peneliti masih mencari referensi-referensi lain dari para ahli Rafflesia di Malaysia dan Filipina.
Bahkan Agus Susatya sudah meminta data-data yang ada di Malaysia dan Filipina, tetapi belum ada Rafflesia jenisnya sama dengan di Cagar Alam Maninjau tersebut. “Kalau jenisnya baru, tentu diberi nama baru juga, tetapi yang bisa memberikan nama tentu peneliti,” tambahnya.
Sebelumnya Agus Susatya telah melakukan penelitian bunga tersebut selama tiga hari pada 14-16 Desember 2017 di Agam.
Bunga Rafflesia tersebut ditemukan oleh warga Marambuang, Nagari Baringin, Kecamatan Palembayan, saat meninjau lokasi sumber air untuk Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) pada Kamis (19/10). “Bunga tersebut pernah mekar dengan diameter 107 sentimeter,” katanya. (IFR/Republika.co.id)