WONOSOBO — Tim peneliti independen dari ITS Surabaya menemukan semacam perekat bangunan atau semen purba dan campuran pasir putih pada batu olahan penyusun candi di Situs Watu Gong di Desa Tumenggungan, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
Salah satu peneliti sekaligus pemerhati budaya dari Dinas Pariwisata Kabupaten Wonosobo, Agustin Aryani mengatakan tim berhasil memperoleh penemuan baru berupa bahan perekat bangunan dan campuran pasir putih atau pasir laut. Ia menuturkan penemuan baru itu menimbulkan pertanyaan, dari mana asal pasir laut tersebut, karena Wonosobo berjarak sangat jauh dari pesisir.
“Apakah pasir laut sengaja didatangkan ke wilayah Wonosobo pada era tersebut untuk keperluan ‘pabrik’ pengolahan batu atau bahan perekat bangunan atau semen purba dan batu olahan penyusun bangunan dengan campuran pasir laut tersebut hanya ada di Situs Watu Gong saja,” paparnya di Wonosobo, Kamis (16/11).
Menurut dia penemuan baru tersebut selayaknya memunculkan sinergitas di setiap disiplin ilmu untuk mengkajinya. “Pembacaan sejarah di Kabupaten Wonosobo harus segera dibenahi, karena bisa jadi kisaran usia batuan penyusun bangunan purbakala adalah lebih tua dari catatan-catatan sejarah yang telah ada dan menggunakan teknik-teknik modern untuk membangunnya,” tuturnya.
Agustin mengatakan tim peneliti ITS yang terdiri atas lintas disiplin ilmu seperti teknik elektro, teknik informatika, teknik industri, dan teknik geofisika itu bahu membahu dengan warga setempat untuk menggali lebih dalam Situs Watu Gong. Ia menuturkan tujuan penelitian yang menggunakan alat-alat modern tersebut untuk membuktikan bahwa Situs Watu Gong sengaja dikubur.
“Para peneliti independen dibantu warga yang menamakan diri Laskar Watu Gong tersebut menggunakan peralatan seperti ‘drone’, ‘stabilizer’, ‘GPS’, jangka sorong, digital meter, dan geolistrik. Alat-alat tersebut digunakan untuk membuktikan hipotesa tentang bangunan yang sengaja dipendam,” ucapnya.
Ia menjelaskan geolistrik berhasil mendeteksi adanya getaran listrik pada batuan dan tanah yang mampu menembus sampai pada kedalaman 40 meter di bawah tanah.
Getaran listrik yang saling menyambung antara batuan satu dengan lainnya, menurut dia berhasil dicatat oleh alat tersebut. Selain itu, dengan menggunakan peralatan lainnya, tim peneliti berhasil mendeteksi adanya denah ruang simetris di Situs Watu Gong.
“Denah ruang simetris inilah yang dianggap sebagai pintu gerbang penelitian selanjutnya, di mana terdapat sandi-sandi menarik yang harus segera dipecahkan oleh para pakar peneliti dari lintas disiplin ilmu,” ujarnya. (IFR/Republika.com)