JAKARTA – Dikutip dari Reuters, para ilmuwan telah mengidentifikasi spesies kera baru di Pulau Sumatera, mereka menemukan populasi kecil orangutan yang mendiami hutan Batang Toru disebut sebagai spesies ketiga di dunia.
Kepada Reuters, Para ilmuwan yang terdiri dari para peneliti mengatakan orangutan tersebut memiliki perbedaan genetik, skeletal, dan gigi dari dua spesies orangutan lainnya, serta layak mendapat pengakuan sebagai spesies ketiga yang unik. Hal itu akan menambah jumlah spesies kera besar yang ada di dunia, di samping gorilla di timur dan barat Afrika, simpanse, dan bonobos.
Para ilmuwan khawatir tentang masa depan spesies yang baru diidentifikasi tersebut. Mereka telah memberi label spesies orangutan Tapanuli, dengan nama ilmiah Pongo tapanuliensis.
“Tidak ada lebih dari 800 individu yang tersisa di tiga wilayah hutan yang terfragmentasi,” kata ahli biologi konservasi Matthew Nowak dari Program Konservasi Orangutan Sumatera.
Selain ancaman seperti aktivitas perburuan oleh manusia, Nowak mengatakan, “Daerah yang signifikan dari wilayah orangutan Tapanuli sangat terancam oleh konversi habitat untuk pertanian skala kecil, eksplorasi dan eksploitasi pertambangan, skema pembangkit listrik tenaga air berskala besar, pengembangan panas bumi dan perkebunan pertanian,” ucapnya.
Orangutan yang berarti “orang hutan” dalam bahasa Indonesia merupakan mamalia arboreal terbesar di dunia. Orangutan selalu beradaptasi dan tinggal di pohon, lengan mereka lebih panjang dari kaki. Mereka hidup lebih soliter dari pada kera besar lainnya, tidur dan makan buah di kanopi hutan dan berayun dari satu cabang ke cabang lainnya.
“Sangat menarik untuk bisa menggambarkan spesies kera besar baru di zaman sekarang ini,” kata ahli genetika evolusi Zurich University Michael von Krützen, ia menambahkan, kebanyakan spesies kera besar sangat terancam punah.
“Kita harus melakukan segala sesuatu untuk melindungi habitat di mana hewan-hewan ini berada, tidak hanya karena mereka, tetapi juga karena spesies hewan dan tumbuhan lainnya yang dapat kita lindungi pada saat bersamaan.”
Orangutan dianggap sebagai satu spesies, namun dikenali memiliki dua spesies pada 1996, satu di Sumatera dan satu di Borneo.
Spesies baru ini tinggal di selatan dari kisaran yang diketahui untuk orangutan sumatera. Populasi ini tidak diketahui ilmuwan sampai dua dekade lalu. Selain perbedaan genetik dari spesies lainnya, para peneliti mengatakan kerangka orangutan Tapanuli yang meninggal setelah terluka oleh penduduk desa menunjukkan perbedaan bentuk gigi dan tengkorak.
Penelitian ini dipublikasikan di jurnal Current Biology. (Reuters/MSR)