News

Riset Ilmuwan Dalam Negeri Dipamerkan di Indonesia Science Expo 2017

JAKARTA, (PR).- Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) akan memamerkan ratusan karya riset dalam negeri dalam ajang Indonesia Science Expo (ISE) 2017. Pemeran yang akan digelar 23-26 Oktober 2017 di Jakarta itu juga akan diisi beragam seminar dan sebagai acara puncak HUT ke-50 LIPI.

Pelaksana Tugas Kepala LIPI Bambang Subiyanto menuturkan, penyelenggaraan Indonesia Science Expo penting untuk meningkatkan peran pemerintah dan swasta dalam memberikan dukungan sumber daya secara konsisten bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi nasional. ISE tahun ini merupakan yang kedua kalinya setelah Indonesia Science Expo 2015. 

“Pada intinya, kami ingin meningkatkan apresiasi pemangku kepentingan, terutama pihak swasta akan arti pentng dan pemanfaatan iptek bagi pengembangan dunia usaha,” kata Bambang di Kantor LIPI, Jakarta, Senin, 9 Oktober 2017.

Ia menjelaskan, ISE juga sebagai sarana pertangung jawaban LIPI kepada publik dalam upaya turut membangun bangsa dari sisi iptek. Menurut dia, fungsi LIPI dalam pengembangan iptek masih perlu dibenahi.”Kekuatan dan kelemahan kami bisa dievaluasi dari acara ini. Kami perlu masukan dalam merumuskan konsep LIPI ke depan agar manfaat riset bisa semakin bisa dirasakan masyarakat,” ujarnya.

Daya serap riset rendah

Ketua ISE 2017 Laksana Tri Handoko menambahkan, perhatian utama Indonesia Science Expo yakni science for science, science for scientific community dan science for stakeholders. Ia menjelaskan, science for science adalah kontribusi LIPI dalam perkembangan iptek melalui perbaruan teori, hasil temuan baru dan karya tulis ilmiah bereputasi.

“Science for scientific community merupakan kontribusi LIPI dalam mencerdaskan bangsa lewat kebermanfaatan dari hasil-hasil riset. Sedangkan science for stakeholders adalah kontribusi LIPI bagi kebijakan negara dan masyarakat melalui pemberian nilai tambah, arah kebijakan dan perubahan pila kerja bagi kehidupan,” katanya.

Menurut dia, dari perhelatan ISE diharapkan muncul beragam solusi untuk memajukan dunia riset nasional. Terutama sinergitas peran dari peneliti dengan kalangan industri. Pasalnya, hingga saat ini, masih banyak hasil riset yang hanya menumpuk di perpustakaan. Tak bisa diserap industri karena tak sesuai kebutuhan pasar usaha. “Kami ingin pula agar hasil riset benar-benar terasa manfaatnya bagi masyarakat, baik dalam jangka pendek hingga jangka panjang,” katanya.

Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi merilis dunia industri nasional baru menyerap 3% hasil riset. Hal tersebut membuat daya saing hasil industri dalam negeri terus tertinggal dari beberapa negara tetangga seperti Singapura, Malaysia dan Vietnam. Rendahnya daya serap industri terhadap hasil riset inovasi dalam negeri terjadi karena pengusaha dan peneliti belum bersinergi. 

Dengan demikian, antara hasil riset dan kebutuhan industri berjalan masing-masing. Jika alur komunikasi tak segera dibenahi, industri dalam negeri akan sulit bersaing terutama dalam sektor pangan. Pemerintah terus mencoba untuk menyelesaikan masalah jalinan komunikasi tersebut. Di antaranya dengan membawa produk inovasi yang dihasilkan oleh Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian dan Pengembangan, Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) kepada para pengusaha. Pemerintah juga menjalin kesepakatan kerja sama dengan beberapa perusahaan swasta nasional dan internasional. (IFR/Pikiranrakyat.com)

Join The Discussion