Jakarta – Jasad Suprianto, pria yang mengaku sebagai pawang buaya, tetap utuh setelah tewas diserang buaya di Muara Jawa, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Hellen Kurniati menduga Suprianto diserang sebab dianggap menganggu teritorial buaya di sungai tersebut.
“Buaya itu kan mempunyai daerah teritorial, di alam dia mempunyai daerah teritorial, di mana kalau itu diganggu, dia akan serang, nah sepertinya yang pawang ini itu dianggap mengganggu teritorialnya dia,” ujar Hellen saat dihubungi, Senin (18/9/2017) malam.
Hellen mengatakan buaya biasanya akan memakan tubuh manusia jika sedang lapar. Namun ada juga tubuh manusia yang dikoyak-koyak oleh buaya jika mereka mengganggu wilayah buaya di sungai atau danau.
“Jadi memang manusia ada yang dimakan sama dia berarti dia lapar, nah ada yang dimakan manusia itu, tapi ada yang di patah-patah badannya itu, karena mengganggap manusia menganggu daerah teritorialnya,” katanya.
Karena itu, Hellen mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk waspada dan berhati-hati bila melihat sungai atau danau tempat buaya hidup. Masyarakat juga diminta untuk tidak mengganggu wilayah yang ditempati oleh buaya sehingga tidak menyerang kepada manusia.
“Karena dia yang mau berubah buayanya bukan manusia, supaya jangan ada korban lagi, janganlah mandi di sungai, hindarilah tepian-tepian sungai itu, yang airnya tenang dan karakter yang tadi,” tuturnya.
Senada dengan Hellen, Kapolres Kutai Kartanegara (Kukar), AKBP Fadillah Zulkarnaen, mengatakan tewasnya Suprianto dan Arjuna menjadi pelajaran bagi masyarakat untuk berhati-hati melakukan aktivitas di sungai yang rawan dengan buaya. Pihaknya pun telah memasang spanduk peringatan di sekitar Muara Jawa supaya masyarakat waspada dan tidak terjadi peristiwa serupa.
“Jadi kita sudah membuat spanduk, memperingatkan kepada masyarakat agar hati-hati, ya kita juga mengimbau kepada masyarakat untuk berhati-hati kalau ada daerah-daerah rawan buaya itu,” kata Fadillah terpisah. (IFR/Detik.com)