SURABAYA – Fokus Indonesia sebagai negara maritim didukung dengan berbagai pendanaan untuk riset kemaritiman.
Direktur Pengembangan Teknologi Industri, Hotmatua Daulay bahkan mengklaim anggaran pendanaan riset dasar terapan maritim di tingkat perguruan tinggi tahun ini mencapai Rp 1,8 triliun.
Dari berbagai universitas yang mengajukan bantuan dana riset bidang maritim, menurutnya Institut Teknologi 10 Nopember (ITS) dan Universitas Hasanuddin (Unhas) yang paling banyak mendominasi.
Sementara kampus lain hingga tingkat politeknik belum banyak mendapat alokasi dana riset ini.
“Makanya kami sedang mendorong Poltek. Apalagi saat ini banyak pendanaan yangvoitputnya masih jurnal. Tetapi mulai ada bentuk riset berupa kapal, baik di tingkat universitas maupun swasta,”jelasnya usai mengikuti simposium internasional 2017 yang diadakan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) di hotel Swiss Belinn, Selasa (5/9/2017).
Dikatakannya, skala riset saat ini baru mampu mendanai penelitian di skala laboratorium.
Belum pada tingkat galangan kapal, sehingga langkah awal dibutuhkan pengingkatan kualitas uji laboratorium.
Beberapa hasil riset perkapalan menurutnya sudah diwujudkan dalam bentuk plat kapal seperti saat hari kebangkitan teknologi nasional.
Apalagi beberapa prodi perkapalan mulai bermunculan di perguruan tinggi.
“Kami melihat kebutuhan riset dengan hilirisasi seperti apa. Kalau bukan strategis nasional maka akan sulit didanai,”ujarnya.
Sementara itu, Kepala Balai Teknologi Hidrodinamika ITS, Taufiq Arif Setyanto mengungkapkan simposium ini sebagai peningkatan kapasitas BPPT. Sehingga bisa membangun jaringan yang lebih luas di bidang teknologi.
“Kami ingin membentuk komunitas maritim di tingkat internasional. Makanya selain 180 peserta simposium lokal, juga ada beberapa profesor dari Perancis,Jepang, Malaysia dan Inggris,”ungkapnya.
Simposium ini akan membahas teknplogi terbaru perkapalan di berbagai negara. Sehingga bisa mengembangkan informasi yang diketahui peneliti di Indonesia. (IFR/Tribunnews.com)