Surabaya – Menteri Riset dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Muhammad Nasir menyatakan penelitian yang dilakukan para akademisi harus bisa menyelesaikan masalah-masalah di tengah masyarakat.
“Peneliti harus berpikir bagaimana penelitian itu dapat menyelesaikan masalah-masalah yang ada di masyarakat. Bagaimana kemanfaatan penelitian itu pada hasil-hasil nyata bagi masyarakat,” kata Menristekdikti usai Kongres IQRA dan Seminar Nasional Penelitian Kualitatif di Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, Jawa Timur, Sabtu.
Nasir mengatakan, selama ini sering terjadi penelitian yang tidak singkron. Dalam teori, ada yang ekstrem dan ada yang tidak, namun hal tersebut tidak ada di dalam kehidupan.
“Penelitian-penelitian kualitatif semakin berkembang. Dalam dunia arsitektur juga penelitian kualitatif berkembang. Dulu diharapkan penelitian sekelompok orang bisa menggenalisir semua orang tapi sekarang tidak bisa begitu,” tutur Nasir.
Dia mencontohkan, masalah itu terjadi waktu penutupan Lokalisasi Dolly oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
Risma, kata dia, tidak serta merta menutup lokalisai tapi melalui serangkaian penelitian baru mengambil keputusan.
“Jadi penelitian harus kembali ke masyarakat. Ini harus saya kembangkan betul, jangan sampai ini muncul eksklusif tapi harus menjadi simbiosis,” tutur dia.
Sekretaris Panitia acara Prihantari Satvikadewi mengatakan, ide seminar ini muncul dilatarbelakangi para guru besar yang ini membantu pemerintah berkontribusi dalam melawan radikalisme.
“Para guru besar ingin berbuat sesuai kapasitas mereka untuk mempertahankan NKRI,” kata dia.
Dia mengatakan, para guru besar mempertanyakan, apakah penelitian mereka itu hanya untuk formalitas saja tanpa tahu untuk apa atau sudah ada manfaatnya bagi masyarakat.
“Intinya melalui kegiatan ini para guru besar ingin berkontribusi lebih nyata untuk negara melalui penelitian-penelitiannya,” ujarnya. (Antara)