JAKARTA – Penemuan spesies-spesies baru di Tanah Air semakin menegaskan Indonesia sebagai negara yang memiliki tingkat keragaman hayati yang tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh sejumlah ilmuwan Indonesia yang bekerja sama dengan ilmuwan-ilmuwan di negara lain semakin mengungkap banyaknya spesies yang sebenarnya telah lama ada di Indonesia, tapi belum dikenal oleh dunia.
Bekerjasama dengan Boward Colleger, University of Texas at Arlington dan Universitas Brawijaya, Amir Hamidy, ahli herpetologi dari LIPI, menemukan spesies kadal baru di kawasan Bukit Barisan, Sumatra Barat.
Spesies kadal yang termasuk ke dalam kelompok genus Pseudocalotes itu kemudian diberi nama ilmiah Pseudocalotes baliomus. Amir menjelaskan, kata baliomus yang diberikan kepada spesies kadal baru tersebut berasal dari dua kata bahasa Yunani. “Yang pertama, balios yang berarti titik atau berbintik dan omos yang berarti pundak. Jadi artinya pundak yang berbintik,” terang Amir
Arti nama itu sesuai dengan karakter spesies kadal baru tersebut yang memiliki pundak berbintik putih. Adapun warna dasar tubuh kadal tersebut adalah hijau muda. Amir dan para kolega mejumpai kadal tersebut pada tahun 2013 lalu. Namun begitu, keberadaan Pseudocalotes baliomus sebenarnya telah diketahui oleh Salomon Muller yang bekerja untuk pemerintah Hindia Belanda sejak tahun 1830-an lalu.
Muller mengoleksi dan membawa kadal itu ke Leiden, Belanda. Namun ia tidak mengidentifikasi kadal tersebut sehingga belum ada nama ilmiah untuk kadal tersebut hingga tahun 2017 ini. Muller hanyalah pengoleksi, bukan penemu kadal tersebut. Sebab, suatu spesies baru bisa dikatakan telah ditemukan jika telah diberi nama ilmiah dan dipublikasikan ke jurnal ilmiah internasional.
Amir menjelaskan ada dua metode untuk menentukan suatu spesies, dalam hal ini Pseudocalotes baliomus, sebagai spesies baru atau bukan. “Yakni melalui metode pendekatan morfologi dan metode pendekatan molekuler,” katanya.
Melalui kedua metode ilmiah itulah, kadal tersebut kemudian dinyatakan sebagai spesies baru atau spesies yang belum pernah diidentifikasi dan diberi nama ilmiah. Penjelasan mengenai penemuan baru tersebut telah dituangkan Amir dan kawan-kawan ke dalam paper berjudul: A new species of Pseudocalotes (Squamata: Agamidae) from the Bukit Barisan Range of Sumatra with an Estimation of its phylogeny.
Paper ilmiah itu telah lolos review dan sudah dipublikasikan di jurnal internasional Zootaxa pada 12 Juni 2017 lalu. Sampai saat ini para peneliti masih belum bisa menyebutkan manfaat apa yang bisa diambil dari spesies kadal yang memiliki panjang tubuh sekitar 21 sentimeter itu. “Butuh penelitian lanjutan untuk mengetahui apakah kadal itu bisa dipelihara ataukah memiliki potensi obat tertentu,” terang Amir.
“InsyaAllah dua-tiga tahun kemudian bisa dilihat manfaatnya,” imbuh Amir. Saat ini, tiga ekor Pseudocalotes baliomus yang ditemukan oleh para peneliti itu masih disimpan oleh pihak LIPI untuk penelitian lebih lanjut.
Selain ketiga ekor kadal itu, LIPI juga mengoleksi sejumlah reptil lainnya, salah satunya adalah seekor ular spesies baru bernama ilmiah Lycodon sidiki yang penemuannya juga baru saja diumumkan pada Juni 2017 ini. (IFR/Kumparan.co.id)