Penelitian terbaru kembali membuktikan bahwa ada senyawa dalam ganja yang “secara signifikan” efektif dalam menghancurkan tumor kanker pada leukemia.
Penelitian itu mencoba menggabungkan pengobatan kemoterapi yang ada dengan cannabinoids – bahan kimia aktif dalam ganja. Hasilnya ternyata lebih bagus dibandingkan jika hanya kemoterapi.
Peneliti mengungkapkan bahwa dengan hasil itu dosis kemoterapi dapat ditekan menjadi lebih rendah, yang pada akhirnya akan meminimalkan efek samping kemoterapi ke pasien.
Hal lain yang terungkap dari penelitian itu adalah soal urutan pengobatan. Menggunakan cannabinoids setelah kemoterapi ternyata menghasilkan kematian sel kanker darah yang lebih besar.
Dr. Wai Liu, dari Universitas George St George, yang terlibat dalam penelitian ini mengatakan, “Kami telah menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa urutan penggunaan cannabinoids dan kemoterapi sangat penting dalam menentukan keefektifan pengobatan secara keseluruhan.”
Pekan lalu, terungkap, penyanyi Olivia Newton-John berencana menggunakan minyak ganja dan pengobatan alami lainnya dalam memerangi kanker payudara yang menyerangnya.
Menurut putrinya, Chloe Lattanzi, bintang Grease yang berusia 68 itu telah memilih untuk mencoba zat kontroversial ini selain dengan pengobatan modern.
Nilai medis ganja memang menjadi perdebatan selama bertahun-tahun. Sementara itu banyak orang yang melaporkan bahwa kanker mereka sembuh setelah menggunakan ganja.
Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa turunan ganja atau ganja dapat membantu dalam mengobati mual dan muntah akibat kemoterapi. Sementara penelitian mengenai kemungkinan efek penyembuhan pada penyakit ini masih dalam tahap awal.
Tapi menurut Dr. Wai Liu, cannabinoids adalah ‘prospek yang sangat menarik dalam onkologi.
Urutan pengobatan penting
Dr Wai Liu dan rekan-rekannya mulai memeriksa efek kombinasi cannabinoids yang berbeda, yang lebih dikenal sebagai fitokanabinoid, melawan leukemia di laboratorium.
Mereka ingin menguji apakah perawatan kemoterapi yang ada bekerja secara efektif bersamaan dengan cannabinoid, dan apakah menggunakan obat dalam urutan yang berbeda memiliki efek.
Dalam laporan mereka, yang diterbitkan dalam International Journal of Oncology, tim tersebut mencatat bahwa fitokanabinoid memiliki ‘aktivitas antikanker’ bila berdiri sendiri dalam pengobatan.
Menurut para peneliti, ternyata sejumlah senyawa ini telah terbukti saling menguntungkan satu sama lain untuk membunuh sel leukemia dalam tes laboratorium.
Para periset memasangkan berbagai jenis cannabinoid dan menggunakannya dalam berbagai kombinasi dengan obat kemoterapi leukemia umum, yakni cytarabine dan vincristine.
Mereka menemukan penggunaan cannabinoid setelah kemoterapi menghasilkan induksi apoptosis yang lebih besar – atau kematian sel kanker.
Dr Wai Liu berkata, “Penelitian seperti yang kita lakukan bertujuan untuk menetapkan cara terbaik yang harus mereka gunakan untuk memaksimalkan efek terapeutik.”
Tidak sama dengan merokok
Pusat Kanker Inggris mengatakan bahwa pihaknya menyambut baik penelitian terhadap cannabinoid. Namun tetap harus disikapi dengan kehati-hatian.
Manajer senior informasi sains Anna Perman mengatakan, “Penelitian di dalam sel ini belum mengungkapkan bukti bahwa cannabinoids aman atau efektif untuk pasien.
Manajer senior informasi sains Anna Perman mengatakan, “Penelitian di dalam sel ini belum mengungkapkan bukti bahwa cannabinoids aman atau efektif untuk pasien.
“Peneliti telah mempelajari bahan kimia potensial perusak kanker yang ditemukan di ganja untuk sementara waktu – namun seperti pengobatan baru, ini hanya boleh digunakan untuk mengobati pasien jika sudah ada bukti bahwa mereka memeiliki hasil yang bagus.
‘Ini bukan berarti mengecilkan arti cannabinoid. Bahwa tidak ada prospek ke depan bagi senyawa ini. Pusat Kanker mendukung uji klinis dari pengobatan kanker menggunakan cannabinoid ini.
“Tapi, kita masih memerlukan percobaan yang tepat untuk mengetahui apakah obat tersebut efektif, untuk jenis kanker apa, dan berapa dosisnya.”
Para peneliti itu sendiri mengatakan bahwa lebih banyak percobaan perlu dilakukan untuk mendukung pernyataan mereka.
Pusat Kanker itu lalu mewanti-wanti penderita jika ingin menggunakan cannabinoid.
“Penelitian ini merujuk pada cannabinoid bukan pada ganjanya. Pada senyawanya, bukan pada tanamannya yang ilegal dan dapat mengganggu pengobatan lain yang diberikan kepada pasien.
“Kami menyarankan agar berhati-hati menggunakan cannabinoid atau obat yang dibeli di internet, karena belum ada aturannya dan mungkin tidak aman.”
Tim peneliti menggarisbawahi bahwa ketika para ilmuwan menggunakan ganja di laboratorium, mereka tidak menggunakan keseluruhan tanaman.
“Ekstrak ini memiliki kadar yang tinggi dan murni. Jadi merokok ganja tidak akan memiliki efek yang sama,” kata Dr Wai Liu. (IFR/Tribunnews.c0m)