News

8 sekolah ini jadi pilot project penelitian atasi bullying

Jawa Tengah – Yayasan Setara bekerjasama dengan UNICEF dan Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPPADalDukKB) Provinsi Jawa Tengah saat ini sedang mengembangkan program penelitian-aksi terkait pencegahan kekerasan antar teman sebaya. Penelitian mengadaptasi program bernama Roots, program global pencegahan kekerasan di kalangan teman sebaya. Program ini berfokus pada upaya membangun iklim yang aman di sekolah dengan mengaktivasi peran siswa sebagai agen berpengaruh atau agen perubahan.

Ika Camelia dari Yayasan Setara mengatakan program ini mempunyai tujuan utama yakni untuk mengurangi bullying di Sekolah. “Sebagai pilot project, program ini akan dilakukan di Klaten dan Kota Semarang,” katanya kemarin.

Penelitian akan dilakukan di 8 sekolah yang sudah dipilih. Delapan sekolah tersebut untuk Kota Semarang, uji coba akan dilaksanakan di SMPN 11, SMPN 17, SMPN 33 dan SMPN 41. Sementara di Kabupaten Klaten akan diujicobakan di SMPN 2, SMPN 3, SMPN 6 Prambanan dan SMPN Jatinom.

Untuk mendukung keberhasilan program, perlu disadari pentingnya mengkontekstualisasi program ini berdasarkan dukungan dan pembelajaran dari pemerintah di tingkat nasional dan daerah.

Terkait hal itu, diselenggarakanlah Lokakarya model pencegahan bullying pada 1-4 Juni 2017. Acara tersebut dibuka bertepatan dengan peringatan Hari Lahir Pancasila kemarin.

Sejumlah pihak yang terlibat dalam penelitian ini yakni UNICEF, Yayasan Setara, tim teknis, tim peneliti dari 5 universitas (UNNES, Undip, UNIKA Semarang, Universitas Sebelas Maret, dan Unwidha Klaten), tim fasilitator dari Forum Anak Kota Semarang dan Forum Anak Kabupaten Klaten, serta dukungan dari DPPPA Dalduk KB Provinsi Jawa Tengah.

Kepala DPPPA Dalduk KB Provinsi Jawa Tengah Sri Kusuma Astuti pada pembukaan lokakarya mengatakan pihaknya mendukung penuh. Sebab program ini sejalan dengan cita-cita Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. “Tentunya untuk mengakhiri kekerasan terhadap anak di semua wilayah, terutama di instansi pendidikan,” ujarnya.

Ia mengatakan untuk mengatasi bullying ini memang perlu dilakukan kerjasama yang baik antar berbagai pihak. Selain tentunya regulasi dari pemerintah yang menjadi pedoman bersama.

Sebab itu, penyelenggaraan lokakarya sebagai awal kegiatan dimaksudkan untuk menyamakan persepsi tentang bullying. “Ini menjadi langkah awal bagi tim pelaksana program untuk membangun komitmen bersama dalam pelaksanaan program beberapa bulan ke depan,” tambahnya.

Adapun alur program secara umum ialah: pelaksanaan studi baseline, intervensi di sekolah (yang meliputi pemilihan dan pelatihan siswa ‘Agen Perubahan’, pelatihan guru, sosialisasi orang tua, pembangunan kebijakan di sekolah) untuk menciptakan iklim positif), studi midline, dan studi endline. Kesemuanya ini dilakukan untuk menciptakan iklim yang baik, aman dan nyaman bagi anak. (Merdeka.com)