JAKARTA – Para pengelola terminal di daerah sebaiknya tidak lagi berpikir retribusi untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Hal itu disampaikan oleh Moh. Ikhsan pakar pemerintahan daerah dalam acara Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan Puslitbang Pembangunan dan Keuda BPP Kemendagri, hari ini (18/4). “Daerah sebaiknya tidak lagi berpikir terminal sebagai sumber pendapatan. Selain itu, kontribusi terminal sangat sedikit jika dibanding PAD keseluruhan,” kata Ikhsan.
Menurut Iksan sudah selayaknya terminal mulai berfokus pada pelayanan, seperti melayani kendaraan, para pengemudi, dan penumpang terutama dalam hal ketrtiban. Saat ini terminal juga tidak harus dibebani dengan target retribusi yang besar, akibatnya abai terhadap pelayanan. Ikhsan juga menyarankan agar pengembangan terminal bisa dilakukan kerja sama dengan pihak ketiga dan swasta, sebagai solusi menghilangkan target PAD.
Hal yang sama dikatakan juga oleh Yoga Triadiwinarto narasumber pakar transportasi berkelanjutan yang mengatakan banyak daerah pengelola terminal yang justru memindahkan lokasi terminal. Padahal asalnya berada di pusat kota yang sudah sangat strategis. Hal tersebut kemudian menjadikan terminal tidak efektif, sepi peminat dan merugi. Yoga mencontohkan terminal Pulo Gebang yang dipindah jauh dari pusat kota hingga 13 kilometer, akibatnya banyak aset terbengkalai.
Menurut Yoga pengelola sebaiknya memaksimalkan dan mengembangkan terminal yang ada dan sudah strategis di pusat kota. Pemerintah daerah sebaiknya membangun terminal tersebut agar bisa menghasilkan uang bukan dari retribusi melainkan dari sisi kemanfaatan lokasi. “Selain itu, jika terminal berada di pinggir kota, maka investor juga tidak tertarik untuk mengembangkan,” kata Yoga. (MSR)